BAB.2
<3 The Girl is She <3
(Part.1)
Mimpi itu kembali datang..
Mengusik jiwa yang semula tenang..
Memperlihatkan siluet wajah seseorang..
Tampak asing, sehingga menimbulkan segumpal rasa penasaran..
Dan merasa akan segera bertemu dengannya, tapi KAPAN?
***
“Arrrrrgggghhhhhh......”
Justin mengerang dengan sangat keras. Erangan yang terdengar sampai keluar kamarnya sehingga membuat Mom Pattie terjaga dari tidurnya yang sangat pulas.
Dengan ½ tergesa-gesa ia pun keluar dari kamarnya, melangkah menuju kamar Justin. Ada apa dengan anak itu? Pikirnya dalam hati. Raut cemas diwajah Mom Pattie terlihat sangat kentara sekali. Ia takut jikalau anak satu-satunya itu mengalami mimpi aneh seperti beberapa malam belakangan ini. Dan beruntung kamar Justin hanya berjarak 4 meter saja dari kamarnya sehingga ia tidak perlu menaiki undakan tangga yang berkelok-kelok.
Diraihnya handle pintu berwarna kuning keemasan itu. Hanya dalam satu tarikan kebawah pintu kamar Justin pun terbuka dengan lebar.
Pemandangan yang pertama kalinya ditangkap oleh Mom Pattie adalah tubuh Justin yang terkulai lemas ditepi ranjang dengan kedua belah tangan yang memegangi kepalanya. Sikap yang sontak menambah gurat kecemasan diwajah Mom Pattie. Ibu paruh baya yang tengah menjadi single parent itu pun menghampiri Justin. Diturunkannya kedua tangan Justin dari cengkraman rambutnya, lalu digenggamnya dengan lembut.
“Justin, ada apa Nak? Kau mimpi buruk lagi?” tanya Mom Pattie khawatir.
Justin membuka kedua matanya yang semula terpejam rapat. Dikerjap-kerjapkannya sesaat, kemudian ia menggeleng agak lemah.
“Bukan Mom, itu bukan mimpi yang buruk! Melainkan mimpi yang aneh”
Tidak perlu dijelaskan Mom Pattie mengerti maksud Justin. Mimpi itu pasti mimpi bertemu dengan seorang gadis berparas cantik namun asing disebuah tempat yang terpencil lagi, seperti yang sudah-sudah.
Mom Pattie menganggapnya mimpi buruk karena Justin selalu mengerang layaknya orang kesakitan setiap terbangun dari mimpinya tersebut. Dan itu salah satu hal yang selalu membuatnya khawatir.
“Justin, bagaimana kalau besok kita pergi ke psikiater?” ajak Mom Pattie lembut. Tangannya mengelus-elus rambut cokelat Justin penuh kasih sayang.
Sebenarnya sudah lama Mom Pattie ingin membawa Justin ke seorang psikiater. Ia takut mimpi itu berdampak buruk bagi kejiwaan Justin. Tapi sayangnya salah satu penyanyi muda dengan budget termahal itu selalu mengelak ajakan Ibunya.
“Ah tidak perlu Mom. Mungkin aku hanya membutuhkan waktu yang banyak untuk rehat sejenak”
Mom Pattie menghela nafas berat. Selalu begitu! Justin menolak ajakannya dengan satu alasan yang sama. Dia baik-baik saja dan hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat. Maklum, terkadang waktu santai Justin juga dipergunakannya untuk bekerja. Padatnya jadwal manggung Justin membuat Mom Pattie kasihan dan diam-diam berniat untuk meminta waktu cuti beberapa hari kepada Scooter.
“Mom...” panggil Justin pelan.
Mom Pattie menoleh dengan tatapan yang teduh.
“Aku ingin-----”
Justin terdiam sejenak. Mimpi itu kembali menghantui pikirannya.
Mimpi yang `freak` karena selalu menyisakan sejuta rasa penasaran didiri Justin.
Mom Pattie berdehem, deheman yang sukses menyadarkan Justin dari alam lamunannya.
“Ingin apa?”
“Errrr.... Aku ingin bertemu dengan gadis yang hadir dimimpiku itu Mom” tuturnya penuh keinginan. Kening Mom Pattie berkedut dengan sendirinya. Bingung harus memberikan jawaban apa pada Justin? Karena bagaimanapun ia sendiri tidak tahu dengan wajah gadis yang dimaksud putranya itu, lantas dimana pula ia harus mencarinya?
“Justin, bukannya Mom tidak ingin membantumu. But, that's a hard dear! Mom tidak paham bagaimana wajah gadis yang kau maksud itu.Lagipula apa kau yakin dia gadis Canada? Bagaimana kalau dia tidak menetap di Kota yang sama dengan kita? Bagaimana kalau dia ternyata hanyalah bidadari yang Tuhan kirimkan sebagai penghias mimpimu saja Nak?”
“You're right! Parasnya bagaikan seorang angel. Dia cantik Mom.. Amat cantik! Dan aku pasti akan bertemu dengannya” tukas Justin tanpa mengindahkan kemungkinan-kemungkinan yang Mom Pattie ucapkan.
Wanita yang berwajah lebih gelap dari anaknya itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Kesal, karena sikap Justin yang keras kepala! Tapi ia tidak ingin membuat Justin tersinggung dengan ucapannya yang suka asal ceplos. Oleh sebab itu, ia pun memilih untuk beranjak dari sana.
“Sepertinya kau memang harus banyak istirahat Justin. Tidurlah! Besok pagi kau ada janji dengan Mrs. Pinky kan?”
Justin mengangguk sekali, lalu membiarkan sang Ibu mengecup kening serta menyelimuti dirinya.
BLEPPP..!
Lampu tidur dimatikan oleh Mom Pattie. Setelah wujud beserta dengan siluet Ibunya benar-benar menghilang dari balik pintu, kesunyian pun menguasai malam itu. Menemani Justin yang tengah memaksa kedua matanya untuk kembali terlelap.
***
Kilauan cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah jendela dikamar Justin.
Menyapa seluruh warga Canada dengan sinarnya yang keemasan.
Hampir semua penduduk bersiap-siap memulai aktifitas, tapi tidak dengan Justin.
Pemuda itu masih meringkuk dibalik selimutnya.
Sahutan ayam yang berkokok dan kicauan burung yang bersahut-sahutan seolah tidak dipedulikan olehnya. Tidur yang nyenyak!
Hingga akhirnya pintu kamar Justin didobrak tanpa ampun oleh seseorang. Bocah perempuan yang nampak menggemaskan dengan hiasan pita ungu berbentuk kupu-kupu dirambut sebahunya.
“Justiiiiiiin....!” teriak bocah itu nyaring. Melepas paksa selimut sang Kakak lalu menarik-narik ujung piyama yang Justin kenakan.
“Hello my big blo ayo cepat banguuuuun! Mom tudah menunggumu dibawah!” perintahnya cadel.
Akibat ulahnya itu Justin pun terbangun seketika.
Sebenarnya nyawa Justin belum terkumpul sepenuhnya, tapi ia bisa melihat dengan jelas siapa yang telah berani mengganggu tidur pulasnya saat ini.
“Cupcake! Awas kau yaaaaaah?!” kecam Justin berpura-pura garang.
Tentu saja si bocah ketakutan melihatnya. Dengan cepat ia berlari menghindari amukan Justin, tapi langkah kakinya terlalu kecil dibandingkan langkah panjang Justin yang dalam sekali lompat saja berhasil merengkuh tubuh mungilnya.
HUPPPPP...!
“Kena kau sekarang!”
Justin lantas memeluknya lalu menggendong tubuh malaikat kecilnya itu berputar-putar.
Sedangkan yang digendong hanya tertawa cekikikan.
“Big blo lepatkan. Mom tudah menunggu kita dibawah!” pintanya sekaligus memberitahu. Sebenarnya ia senang diperlakukan seperti itu oleh Kakaknya, tapi Mom Pattie sudah memanggil dan menyuruhnya untuk segera membawa Justin keruang makan.
“Okay akan aku lepaskan. Tapi urusan kita belum selesai cupcake!” ucap Justin menjulurkan lidah sambil menurunkan adiknya kebawah. Bibir sang adik mengerucut, pertanda kalau ia sedang kesal.
“Whatevel! Tapi cekalang kau halus ikut tulun kebawah denganku..”
Belum sempat Justin menjawab “iya”, “tidak”, atau “nanti” terlebih dulu tangannya langsung ditarik oleh adiknya.
“Oh my God! Aku belum cuci muka dan kumur-kumur cupcake!” ronta Justin berusaha melepaskan tarikan yang tidak bersahabat itu.
Tetapi adiknya nampak acuh hingga berhasil membawa Justin kehadapan Mom Pattie yang tengah berada diruang makan.
“Mom aku belhacil membawa Justin! Coba lihat!”
Justin melongo mendengar celotehan adiknya tersebut. Kemudian timbul niat jail diotaknya, “Oww.. Sekarang kau sudah berani melawanku yah? Rasakan ini!”
Dengan semangat Justin menghujani ciuman dipipi kanan dan juga pipi kiri adiknya. Itu sudah menjadi kebiasaannya ketika gemas dengan tingkah malaikat kecilnya tersebut. Dan dapat dipastikan suasana yang semula hening akan mendadak gaduh berkat suara teriakkan adiknya yang bercampur dengan gelak tawa.
“Justin, Jazzy, apa yang kalian lakukan? Kalian berisik sekali..” tegur Mom Pattie menghampiri mereka.
“Justin menggangguku Mom!” adu Jazzy manja.
“Justin lepaskan adikmu!” perintah Mom Pattie tegas. Dengan ½ terpaksa Justin pun melepaskan Jazzy yang langsung berlari kegendongan Mom Pattie. Bergelantungan manja dileher wanita yang sudah dianggap Ibu kandungnya itu.
“Mom, siapa yang membawa cupcake kesini? Kalau saja Mom tahu, dia sudah mengganggu tidurku pagi ini!” sungut Justin berlagak kesal. Ibunya tersenyum simpul sembari mendudukkan Jazzy dikursi ruang makan.
“Seharusnya kau berterima kasih pada Jazzy. Kalau bukan karena dia mungkin hari ini kau akan mendapatkan hukuman dari Mrs. Pinky! Mom yang memintanya untuk datang kemari, karena Mom lihat tidurmu sangat nyenyak sekali. Dan Mom tahu, kalau tidurmu sudah pulas seperti itu kau tidak akan mungkin beranjak dari kasurmu kecuali jika Jazzy yang membangunkanmu!” papar Mom Pattie panjang lebar. Lalu ia pun menatap putranya itu lekat-lekat, “Katakan, apakah kau memimpikan gadis itu lagi?”
BLEPPP...!
Hati Justin mencelos ketika Ibunya mempertanyakan hal itu. Tidak perlu ditanya lagi seperti apa “mimpi” yang Ibunya maksud? Karena harus diakuinya bahwa tadi malam ia kembali memimpikan gadis asing dengan mata biru seperti yang sebelum-sebelumnya.
Dan itu salah satu penyebab mengapa Justin tertidur bagaikan orang yang tidak ingin dibangunkan lagi.
Saat ini Justin tidak ingin membuat Ibunya khawatir. Oleh sebab itu, sebisa mungkin ia pun mengelak atas tuduhan tersebut.
“Ah Mom bicara apa sih? Aku tidak memimpikan dia kok!”
“Justin, kau tidak bisa membohongi Ibumu sendiri!”
“Tapi aku tidak sedang berbohong Mom!” elak Justin lagi.
“Kalian beldua membicalakan apa cih? Kenapa aku tidak diajak?” celetuk Jazzy tiba-tiba.
Justin mendesah lega. Menurutnya Jazzy menyahut diwaktu yang tepat! Yah, secara tidak langsung ia telah menyelamatkan Justin dari cercaan-cercaan Ibunya.
“Ini urusan orang besar dan anak kecil sepertimu tidak boleh ikut!” sahut Justin menjulurkan lidahnya, dan itu membuat Jazzy merengut seketika.
Sesaat Justin menatap wajah menggemaskan adiknya. Walaupun bukan adik kandung Justin menyayangi Jazzy layaknya Kakak yang baik pada umumnya. Apalagi kalau melihat tingkah Jazzy! Siapa sih yang tidak ingin menjadi Kakaknya?
Jazzy baru berumur hampir 4 tahun. Cara bicaranya sedikit cadel. Ia tidak bisa menyebutkan huruf “R” dan “S” sebagaimana mestinya. Huruf “R” suka diganti dengan “L”, sedangkan “S” digantinya dengan huruf “T” atau malah “C”. Ia hanya lantang mengucapkan huruf “S” disaat memanggil nama Kakak yang disayanginya, yakni “Justin”. Justin sendiri tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Namanya juga anak-anak! Sementara pipi adalah bagian tubuh yang Justin suka dari diri adiknya. Pipi chubby nya yang merah seperti tomat sangat menggemaskan untuk dicium.
“Justin, aku tidak ingin belteman denganmu lagi! Kau cangat menyebalkan!” kecam Jazzy merengut. Kedua tangannya terlipat rapi diatas meja.
Melihat itu langsung saja Mom Pattie melirik Justin sekilas, mengisyaratkan agar anaknya mau membujuk adik tirinya yang kalau sudah merajuk akan bertahan hingga berhari-hari lamanya.
Seolah mengerti dengan lirikan Ibunya, maka Justin pun menyahut, “Hei cupcake, yang benar itu Kakakmu ini tampan dan menyenangkan, bukannya menyebalkan seperti yang kau bilang tadi! Hmm, baiklah. Sebagai buktinya aku akan membelikanmu 2 batang permen lollypop hari ini..”
“Yeyyyyy! My big blo kau cangat baik! Love you so much! Muaaaach...” Jazzy berseru kegirangan disaat Justin membujuknya dengan sesuatu yang menggiurkan.
Suatu hal yang tidak dapat ia tolak. Ia melompat ke pangkuan Justin dan mencium pipi Kakaknya itu penuh kasih.
“Justin?” sela Mom Pattie tidak setuju. Ia memang meminta Justin untuk membujuk Jazzy, tapi bukan begitu caranya. Jazzy baru saja sembuh dari penyakit flu dan batuk yang menyerangnya kemarin, dan Mom Pattie tidak ingin penyakitnya itu kambuh. Eh si Justin malah mengiming-iminginya dengan permen!
“Biarlah Mom sekali-kali.. Lagipula aku rasa 2 batang permen juga tidak akan membuat Jazzy kembali sakit kok!” ujar Justin tanpa ada maksud menantang. Ia hanya tidak tega mengecewakan Jazzy yang sudah terlanjur kegirangan.
Mom Pattie mendesah berat sambil mengangkat pelan bahunya. Gerakan tubuh yang mengandung arti “terserahlah”.
Setelah itu hening. Sambil menunggu Justin yang beranjak ke kamar mandi, Mom Pattie dan Jazzy pun lebih memilih untuk menyantap sarapan pagi mereka.
***
Mrs. Pinky menjelaskan berbagai macam rumus kimia disaat Justin tengah menyibukkan dirinya dengan selembar buku gambar. Menciptakan bayang-bayang tipis dengan pensil 2B yang diapitnya diantara jari telunjuk dan ibu jarinya. Tangannya mengayun santai, seakan-akan sudah menghafalkan setiap lekuk wajah si gadis diluar kepala.
Kini kertas yang semula putih bersih itu telah tercoret oleh sebuah alat tulis.
Melukiskan indahnya paras seorang gadis yang nampak tersenyum manis tapi sayangnya belum pernah Justin temui selama ini.
Ah, kapan aku akan bertemu dengannya? Pikir Justin tersenyum seorang diri. Ia tidak menyadari bahwa seseorang tengah berdiri disampingnya sejak 5 menit yang lalu. Memperhatikan tingkah laku Justin yang bagaikan orang tidak waras.
SREKKK...!
Ditariknya buku gambar itu dari tangan Justin, dan sontak Justin pun menoleh.
“Mommy?” serunya terbelalak.
“Apa yang kau lakukan Justin? Dan siapa dia?” tanya Mom Pattie menunjuk kearah gadis yang sudah Justin lukis.
Pemuda itu terdiam, namun sedetik kemudian tawanya pun meledak seketika.
“Ahahahhaha... Bagaimana Mom? Dia cantik bukan?”
Kening Mom Pattie mengerut. Dipandanginya hasil lukisan putra semata wayangnya itu dengan seksama. Lalu ia tersenyum dengan kepala yang sedikit miring, “Not bad! Jadi ini gadis yang telah mengusik tidurmu hampir sebulan lamanya? Hah.. Pantas!” tukas Mom Pattie menghembuskan nafas dengan kasar.
Justin mendelik, “Am I wrong?”
“Tidak. Tapi gadis itu telah membuat kau mendadak gila! Dan karena gadis itu jualah kau tidak berkonsentrasi dalam belajar..” Mom Pattie berdiri dihadapan Justin sambil mencengkram bahu anaknya agak lembut, “Dan kau tahu? Mrs. Pinky sengaja keluar dari ruangan ini untuk memanggil Mom. Dia bilang sepertinya pelajaran hari ini tidak perlu dilanjutkan. Penjelasannya akan sia-sia kalau kau tidak mendengarkannya Justin! What's wrong with you? Kau asik dengan duniamu sendiri dan mengacuhkan Mrs. Pinky. Sungguh tidak sopan! Apa begitu cara Mommy mendidikmu? Hargailah gurumu Nak.. Tanpanya kau tidak bisa melanjutkan pendidikanmu ke jenjang yang lebih tinggi..” nasehat Mom Pattie panjang lebar. Yah, hanya sekedar mengingatkan.
Justin mendesah, pancaran matanya penuh dengan rasa bersalah. “I'm sorry Mom.. Kebetulan hari ini aku hanya ingin melukis bukan menghitung!” ucapnya ½ beralasan. Lumayan menyesal karena telah membuat kecewa Mrs. Pinky terlebih-lebih Ibunya sendiri.
Mom Pattie mengangguk paham. Lalu menyerahkan sebuah koper besar yang semula ditaruhnya disamping meja belajar Justin.
“Apa ini?”
“Beberapa lembar pakaian baru. Mom rasa kau butuh refreshing saat ini! Ini kunci mobilmu dan pergilah berlibur ke Kota manapun yang kamu suka.” Diletakkannya sebuah kunci mobil digenggaman Justin yang kala itu masih terbengong-bengong, “Mom sengaja meminta Scooter agar mau memberikan waktu cuti untukmu selama 1 minggu penuh. Mom harap kau akan menggunakan waktu itu dengan baik dan benar!” sambungnya menjawab gurat keheranan diwajah Justin.
Bagaikan melihat kecoa, Justin terperanjat. Hatinya telah diliputi perasaan kaget bercampur senang. Ini adalah moment yang dinanti-nantikan olehnya! Yes, holiday! Sejenak melepaskan diri dari pekerjaan yang menuntutnya untuk tampil sempurna didepan ratusan, ribuan, bahkan jutaan pasang mata. Kemudian, masih dalam keadaan yang terbelalak, Justin pun memeluk Ibunya dengan begitu hangat dan erat.
“Ayo cepat! Kenny sudah menunggumu dimobil!” seru Mom Pattie melepas pelukan Justin.
Untuk yang kedua kalinya Justin memeluk Ibunya sebagai ungkapan terima kasih, kemudian ia pun menyeret kopernya keluar ruangan dengan membawa serta hasil lukisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar