Pura Pura Cinta

Jumat, 27 Mei 2011

We are Different (Not Including Own) Bab.1 [Part.1]

BAB.1

<3 Merely a Dream <3

(Part.1)

Justin Drew Bieber!
Carrol sangat mengaguminya..
Rasa kagum berlebihan yang dirasakan seorang fans terhadap idolanya..
Carrol hanya mampu mendengar senandungnya tanpa bisa bertatap muka dengannya..
Dia memang tidak mengenal Carrol, tetapi Carrol sangat mengenalnya..
Carrol sadar jika perasaan yang ia miliki ini bukanlah perasaan kagum biasa, melainkan sebuah perasaan yang bernama cinta..
Lalu mengapa Carrol bisa jatuh cinta padanya?
Carrol sangat menginginkannya, tetapi apakah Carrol bisa memilikinya?
Carrol tahu mungkin itu hanya akan terjadi didalam mimpi indahnya saja..

•••••
Your World Is My World..
And My Fight Is Your Fight..
My Breath Is Your Breath..
And Your Heart (And Girl You Are My)..
••••••

4 bait lirik --salah satu-- lagu dari penyanyi kenamaan itu tak bosan-bosannya Carrol senandungkan. Yah, siapa yang tidak kenal dengan Justin Drew Bieber? Penyanyi muda asal Kanada yang mulai dikenal aksinya melalui salah satu situs internet bernama YouTube itu. Dan faktanya, semua remaja --terutama wanita-- banyak yang mengaguminya. Everyone in the world know him!
Tidak ada bedanya dengan Carrol, Carry -begitu panggilan akrabnya- adalah gadis berumur 16 tahun yang sangat tergila-gila dengan Justin.
Carrol mengaguminya, bahkan --mungkin-- lebih dari itu. Sempat terbesit keinginan dihatinya untuk menjadi orang yang teristimewa dihati Justin, but....... Could it happen? Maybe it was just a dream for her. Dia tidak mengenal Carrol, sementara Carrol hanya kenal nama dan wajahnya saja. Kalaupun Carrol tahu sedikit kepribadiannya, itu juga pasti Carrol ketahui hanya melalui media cetak dan juga elektronik. Seperti via majalah, televisi, atau bahkan internet. Belum lagi ia dan Justin terpisah diantara dua waktu yang berbeda, Justin menetap di Kanada sementara Carrol berada di Los Angeles, tepatnya disalah satu desa terpencil yang bernama RainVill. Untuk menuju ke Kota, Carrol pun harus menaiki Mini Bus terlebih dahulu.
Sangat mustahil baginya untuk bertemu dengan Justin! Bertatap muka dengannya adalah sebuah mimpi, karena Justin tidak mungkin mengadakan konser didaerah tempat tinggalnya itu.
Tapi ia tidak pernah putus asa, selama Justin masih tinggal di planet yang sama denganya (bumi.red) Carrol percaya bahwa ia pasti bisa bertemu dengan Justin. Someday, entah itu kapan?

2 orang sahabatnya menganggap kalau Carrol adalah Belieber yang fanatic. Mereka mengambil kesimpulan itu dari begitu banyaknya foto-foto Justin yang Carrol tempel di dinding kamar, meja belajar, serta lemari pakaiannya. Bahkan loker di sekolah Carrol pun ia hiasi dengan poster idolanya itu! Sudah berkali-kali Carrol ditegur oleh Mrs. Debora --guru BK-- disekolahnya, beliau menyuruh Carrol untuk segera melepas poster itu, tapi ia tetap saja acuh dan membiarkannya tertempel manis disana. Tidak hanya foto, Carrol pun mengoleksi kaset VCD serta kumpulan video perform Justin sewaktu idolanya itu mengadakan tour keliling dunia. Belum lagi Carrol juga mengumpulkan berbagai macam artikel mengenai Justin yang ia dapatkan melalui google. SEMUA! Tidak ketinggalan sebuah artikel yang menceritakan tentang hubungan specialnya dengan seorang aktris --yang berumur lebih tua darinya-- yang bernama Zelena Domez. Walaupun berita itu menyakitkannya, tetapi Carrol tetap mengumpulkannya menjadi satu. Menjilidnya dengan rapi, lalu ia simpan ditempat yang aman pula.
Justin, tentu saja tidak mengetahui seberapa besar kekaguman Carrol pada dirinya. Hanya kedua sahabatnya lah yang mengetahui perasaannya itu. Khatrien dan Damon yang senantiasa selalu mendengarkan semua keluh kesah Carrol, curahatan hati Carrol yang hubungannya tidak jauh-jauh dari Justin Bieber. Entah itu ketika Carrol merasa iri dengan masyarakat Georgia yang baru saja menyaksikan konser Justin, ataupun disaat hubungan Justin dan Zelena semakin merekat layaknya lem tikus, yang bahkan dalam waktu dekat ini mereka berencana untuk menyanyi berkolaborasi berdua. Sungguh berita buruk untuk Carrol! Entahlah, Carrol sendiri bingung. Sebenarnya ia ini nge-fans atau naksir? Yang jelas menurut Carrol naksir dan nge-fans itu bedanya tipis.
“Carry, sampai kapan kau akan menyanyikan lagu itu? Apa kau tidak bosan? Jujur, aku sudah bosan mendengarkanmu bernyanyi dengan lagu yang itu-itu saja!” keluh Khatrien menghentikan senandung sahabatnya.
Diatas meja yang bermaterial kayu ulin, Carrol pun menopang dagu. Kebetulan siang ini Mrs.Sheily sedang menghadiri seminar disebuah sekolah swasta di Kota New York. Carrol bebas untuk melakukan apapun itu, sesuka hatinya. Tentu saja disaat senggang seperti ini ia memilih untuk bernyanyi ria, sing her favorite song is titled “One Time” by Justin Bieber. Carrol terus mengulang-ulangnya beberapa kali hingga Khatrien yang duduk semeja dengannya pun ikut-ikutan hafal dengan lagu itu. Agak bosan sih, karena Khat bukanlah Belieber sepertinya.
“Carrol bisakah kau menggantinya dengan lagu Jason Mraz? Bruno Mars? Beyonce? Rihanna? Lenka? Atau apa kek gitu, whatever! Yang penting jangan lagu itu terus yang kau ulang-ulang, I'm tired of hearing that song!”
Khatrien mengulang perintahnya dengan maksut yang lebih jelas dan tegas. Carrol yang mendengar adanya nada kesal diucapan sahabatnya itu pun langsung memasang raut wajah sebersalah mungkin.
“I'm sorry Khat, ternyata suaraku telah mengganggumu yah?” ucapnya dengan nada menyesal.
Teman semejanya itu menggeleng cepat, ternyata Carrol salah mengartikan maksud dari ucapannya tadi. “Ah, that's not my intention Carr! Suaramu bagus dear, aku hanya bosan dengan lagunya saja kok..”
Carrol menghembuskan nafas dengan pelan, menatap Khat tepat dikedua bola matanya yang berwarna hitam kecokelatan. “Hemph... Kau kan tahu Khat, one time itu adalah lagu kesukaanku. Biarkanlah aku bernyanyi selagi Mrs. Killer itu tidak mengajar hari ini! This rare opportunity..” pintanya dengan nada memelas.
Setelah berpikir sejenak, Khat pun mengangguk pasrah. Membiarkan Carrol menyelesaikan lagu itu, hingga ia kembali mengulangnya berkali-kali. Khat pikir, jika sudah bosan Carrol pasti akan berhenti dengan sendirinya. Hmmm, rupanya Khat melupakan gelar Belieber Carrol yang fanatic! Kalau sudah begitu, tentu saja Carrol tidak akan pernah bosan mengalunkannya. Right? Setelah sadar kalau ia tidak mungkin berhenti menyanyi --kecuali jika Mrs. Sheily datang-- maka Khat pun secepat mungkin langsung menyumpalkan earphone dikedua telinganya. Menurut Khatrine lagu “Udin Sedunia” lebih menarik untuk didengarkan daripada kicauan Bieber yang disenandungkannya itu.

***

Malam harinya....
Jam dinding dirumah Carrol sudah menunjukkan pukul 23:00 malam.
Setelah merasa cukup dengan waktu belajarnya malam ini, Carrol pun langsung membereskan alat-alat tulisnya yang masih berserakan diatas meja belajar.
Bersamaan dengan itu pintu kamarnya tiba-tiba diketuk pelan oleh seseorang.
Carrol memutuskan untuk membereskan buku-bukunya itu terlebih dulu, sebelum akhirnya ia membukakan pintu bercat baby pink tersebut.
“Hi Mom!” sapa Carrol ketika melihat kepala Ibunya yang menyembul dari balik pintu.
Wanita paruh baya yang dipanggil “Mom” itu tersenyum kearah Carrol. Wajahnya nampak sangat mirip dengan Carrol. Mata bulat, hidung mungil, bibir tipis......... Persis sekali! Yang membedakan diantara Ibu dan anak itu hanyalah warna rambut.
Warna rambutnya yang kecokelatan sangat kontras jika disandingkan dengan rambut Ibunya yang berwarna hitam pekat. Wajar sih, mengingat Ibunya adalah seorang wanita asli Indonesia yang menikah dengan pria blesteran Inggris dan Belanda, hingga lahirlah Carrol yang berwajah campuran Inggris-Indonesia-Belanda.
“Why are you still awake dear? Ini sudah larut malam lho..” tegur Ibunya dengan tangan yang masih membawa segelas susu putih untuk Carrol.
“Oh, aku baru saja selesai belajar! Many tasks from my school who haven't done Mom..” ucapnya memberikan alasan. Padahal tugas Carrol malam ini hanya 2 mata pelajaran, seandainya ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh tidak sampai sejam PR nya itu pasti akan selesai kok! Hanya saja Carrol mengerjakannya sambil memandangi foto Justin. And the fact she has more dreamily than working! Ckckckkk..
“Baiklah, sekarang waktunya kau tidur! Tapi sebelum itu minum dulu susunya..”
Carrol menerima segelas susu yang Ibunya berikan. Masih hangat. Hanya dalam sekali tegukan susu itu pun habis tak bersisa.
Ibunya yang masih berdiri diambang pintu tersenyum sambil meraih gelas kosong yang Carrol sodorkan.
“Baiklah Carry, sekarang waktunya kau tidur. Good nite and have a nice dream darling!” pamit Ibunya seraya mengacak-acak puncak kepala Carrol.
Sebelum beliau benar-benar menghilang dari balik pintu Carrol pun memeluknya dari belakang. “I miss you Mom..” bisiknya sambil mencium lembut pundak Ibunya. Why should shoulder? Karena memang kebetulan tinggi Carrol hanya sebatas pundak Ibunya saja.
Beliau membalikkan badan dan kembali tersenyum kearah Carrol. Senyum yang hangat dan tidak pernah pudar, sekalipun sang kepala keluarga (Ayah.red) telah `pergi` meninggalkan mereka. Yah, tepat 12 tahun silam beliau lebih dulu dipanggil oleh Yang Kuasa. Entah apa penyebabnya, yang jelas karena sebuah penyakit.
Waktu itu Carrol masih berumur 4 tahun, dan dia belum mengerti dengan penyakit yang diderita sang Ayah. Yang Carrol ingat dan ketahui hanyalah suatu kejadian yang terjadi setelah ia pulang dari sebuah tempat yang bernama `playgrup`, tempat pertama kalinya Carrol menimba ilmu. Disaat ia menghampiri Ayahnya dikamar, Carrol terkejut. Mimik wajahnya yang semula penuh keceriaan layaknya anak-anak yang seumuran dengannya pun berubah drastis. Ia kaget melihat wajah Ayahnya yang berubah menjadi sangat menakutkan. Seperti monster! Dan pada saat itu Carrol hanya bisa menangis sambil bersembunyi dibalik badan Ibunya.
Sampai detik ini Carrol belum paham dengan penyakit sang Ayah, karena Mom Eliana juga tidak pernah memberikan penjelasan terhadapnya.
Carrol mendesah pelan ketika mengingat itu.
Sepeninggalan Ibunya, Carrol pun merebahkan diri diatas kasur. Memasang kedua earphone ditelinga lantas melapisi tubuhnya dengan selimut yang tebal.
Now is time for Carrol to sleep! Dengan lagu One Time dari sang idola sebagai penghantar tidur, Carrol pun memejamkan kedua matanya dan terlelap seketika. Berharap di tidurnya kali ini Carrol akan bertemu dengan sang idola si Justin Bieber.

•••••
He Makes Me Happy..
I Know Where I’ll Be..
Right By Your Side Cause..
He Is The One..
•••••

Tak pernah Carrol duga jika keinginannya akan terjadi secepat kilat..
Dimana ia dihadapkan dengan situasi sulit yang teramat sangat..
Memilih diantara dua pilihan..
Tetap bertahan atau pergi tanpa pesan?

***

Pagi hari yang cerah di Desa RainVill.
Hari ini Carrol sangat bahagia sekali, lantaran ia baru saja mendapatkan kabar bahwa minggu ini juga Justin Bieber akan mengadakan konser di Kota New York. Carrol yang sangat menanti-nantikan moment seperti ini jelas saja tidak dapat menahan kakinya untuk terus berjingkrak-jingkrak diatas kasur empuk yang ada dikamarnya.
“Lalala... Aku bahagiaaaa... Nanana I'm very very veryyyyyyyy happy now...!”
Yah, kurang lebih begitulah senandungnya. Terdengar aneh memang, tapi ya itulah Carrol si remaja penyuka apa saja yang berbau aneh.

CKLEK...!
Pintu kamar Carrol dibuka tanpa izin oleh seseorang. Seseorang yang ternyata adalah Ibunya itu menghampiri Carrol dengan kening yang mengerut.
“What is it dear? Kelihatannya kau bahagia sekali pagi ini?”
Carrol yang baru menyadari kehadiran Ibunya itu pun langsung menghentikan aksi lompat-lompatannya tadi.
Dengan wajah yang memerah malu Carrol melangkah menghampiri beliau.
“Ah tak ada apa-apa Mom.. Aku hanya dilanda rasa senang yang berlebihan saja, karena hari ini salah satu guruku tidak masuk dan mengkosongkan jam pelajarannya, dengan begini kan disekolah nanti aku bisa menyanyikan lagu One Time sesuka hatiku Mom! Right?” jawabnya berbohong. Menutupi kebenaran karena Carrol sangat hafal dengan watak Ibunya yang tidak begitu menyukai kalau ia menjadi seorang Beliber yang fanatik. Alasannya? Menurut beliau, mengagumi Justin terlalu berlebihan hanya akan membuat Carrol mendadak gila.
“JiBi lagi JiBi lagi.. Kapan kau akan berhenti mengaguminya Carry? Apakah kau tidak bosan mengagumi si Justin itu? Ketemu dengannya saja kau belum pernah kan? Carry, apa sih yang istimewa dari Justin sehingga ia mampu membuatmu terhipnotis seperti ini?” Ibunya mencerca Carrol dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang terdengar biasa, tapi entah mengapa terasa begitu menohok dijantungnya. Yah, Ibunya Carrol benar. Who she is and who is Justin? Carrol mengenalnya tetapi Justin tidak! Mereka berada di 2 “dunia” yang berbeda. Tanpa ada pertemuan fisik sama sekali, bagaimana mungkin Carrol jatuh cinta pada Justin? Hati kecilnya pun berkata, “Cukup mendengar suaranya saja aku sudah bisa merasakan kalau Justin adalah pria terkeren didunia ini Mom!” Terkesan gombal tapi itulah kenyataannya.
“Halo Carrol?! If you listen to my speech?” tanya Ibunya membuyarkan lamunan putri semata wayangnya.
Carrol menoleh, dengan agak sedikit sewot ia pun menjawab, “Ah ya wajar lagi Mom.. Justin adalah penyanyi remaja yang tengah naik daun didunia ini. Dia tampan dan suaranya sangat bagus! Semua orang waras mengaguminya termasuk aku. If false I admire?”
“Tidak ada sih. Tapiiiiiii.......”
Kali ini giliran Ibunya yang terdiam. Apa yang Carrol katakan ternyata ada benarnya juga, karena tidak mau berdebat dengan anaknya di waktu sepagi ini, Ibunya Carrol pun akhirnya mengalah. “Ya sudahlah! Mom kekamarmu bukan untuk berdebat..”
“But?” sela Carrol cepat.
“Apakah hari ini kau sekolah siang?”
Karena masih kesal Carrol pun hanya mengangguk kecil.
Melihat respon yang Carrol berikan itu, Ibunya lantas menghela napas panjang dan berat. Carrol cepat sekali marah kalau sudah disinggung tentang Justin dan Ibunya sangat paham itu. “Untuk seminggu kedepan Mom akan mengikuti training memasak kue kering di Holasky. Kau tidak masalah kan kalau ditinggal dirumah sendirian?”
Sontak saja mata Carrol bling-bling mendengarnya. Dewi fortuna seolah berpihak didirinya minggu ini. Carrol pikir, jika Ibunya pergi meninggalkannya selama satu minggu kedepan ia pun tidak perlu susah-susah mencari alasan untuk pergi ke New York demi menonton konser Justin. Carrol bisa pergi kesana tanpa meminta izin Ibunya kan?
Yeah, this is her lucky week!
Tanpa berpikir panjang lagi Carrol pun mengangguk cepat. “Of course Mom, aku kan sudah besar! Menjaga rumah seorang diri bukanlah hal yang sulit untukku. Anyway, bukankah seharusnya aku senang? Kalau Mom tidak ada dirumah kan aku bisa menyanyikan lagu Justin Bieber sepuas hatiku tanpa perlu mendengarkan ocehan Mom!”
Jawaban yang Carrol lontarkan sontak membuat Ibunya tertawa cekikikan sambil mengacak lembut puncak kepalanya. Ditelinga Ibunya jawaban Carrol itu terdengar polos dan natural, bukanlah seperti alibi yang dibuat-buat.
“Okay! I trust you dear..” Ibunya tersenyum, lantas Carrol pun membalasnya dengan ukiran senyum yang lebih manis.
“Errrrr... 1 lagi! Hari ini Mom akan pergi ketoko kue lebih awal dari biasanya. Berhubung kau sekolah siang, Mom tidak bisa mengantarkanmu. You can go to school alone right?”
Carrol tersenyum sembari mencengkram lembut pundak Ibunya, “No problem Mom! Sebelum naik taksi aku bisa berjalan sedikit menuju halte kok..”
“Baiklah kalau begitu Mom akan pergi sekarang. Mungkin sepulangnya dari toko kue Mom akan langsung berangkat ke Holasky, jadi jaga dirimu baik-baik yah? Jangan berbuat ulah selama Mom tidak ada dirumah. Ohya kunci rumah Mom letakkan dibelakang pintu,”
Dan bla, bla, bla... Ibunya memberikan Carrol berbagai petuah dan larangan terlebih dulu sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan rumah --sederhana namun terkesan megah-- warisan dari Neneknya itu.
Sepeninggalan Ibunya, Carrol pun kembali melompat-lompat kecil sambil memeluk erat boneka teddy bearnya --yang berukuran jumbo-- yang ia beri nama JB alias Justbear.
“Yeyyyyy... Akhirnya impianku untuk bertemu Justin sedikit lagi akan terwujud!” Carrol berteriak dalam hati seraya menghempaskan tubuhnya diatas kasur berspreikan animasi serial kartun favorite nya, yaitu Doraemon.
“Justin... I'm coming darling!” jeritnya penuh nafsu. Yah, rasa senang yang Carrol alami sekarang sudah tidak dapat terbendung lagi. Ia benar-benar bahagia luar biasa!

***

Dikoridor kelas langkah Carrol sangat terdengar nyaring. Hentakannya yang seirama dengan debaran dijantungnya membuat orang-orang dapat menebak dengan mudah kalau Carrol tengah dilanda virus happy dadakan saat ini. Hemph! Begitulah bawaannya sejak lahir, jika Carrol bahagia pasti jantungnya akan berdebar dengan kencang.
Lingkungan Bignius High School terasa sunyi siang ini. Hanya ada beberapa orang yang terlihat mondar-mandir diteras kelas masing-masing, tak terkecuali Khatrien dan juga Damon.
Melihat Carrol yang melenggang riang, kedua sahabatnya itu lantas menghampirinya.
“Hi Carry, how are you today? Sepertinya kau bahagia sekali hari ini!” sapa Damon yang tampak bergandengan tangan dengan Khatrien.
Carrol hanya nyengir sambil menghentikan langkahnya. Tanpa basa-basi tiba-tiba ia langsung menarik kedua lengan sahabatnya itu menuju taman belakang sekolah.
“Hei Carry, ada apa denganmu? Kenapa kau menarik tangan kami ke tempat ini? Kau tau, sebentar lagi Mr. Jhon akan memulai pelajarannya, dan kalau sampai dia melihat kita berada disini kita pasti akan dihukum!” seru Khatrien dengan tampang kesal, begitu juga dengan Damon.
Carrol tersenyum penuh arti sembari menuntun kedua sahabatnya itu menuju sebuah bangku taman yang panjang.
Sesampainya disana Carrol langsung duduk ditengah diapit oleh Kathrien dan juga Damon.
“Tenang, aku jamin si Mr. Botak itu tidak akan menghukum kita!”
Khatrien dan Damon dengan kompaknya melengos.
Selama ini Carrol selalu saja berkata begitu, tapi ujung-ujungnya mereka tetap saja dihukum.
Setelah menghirup udara sejenak, Carrol pun memulai ceritanya dengan sebuah pertanyaan kecil.
“Kalian tau tidak ada berita hangat apa ditwitter nya Justin?”
“Apakah dia baru saja mengencani seorang gadis cantik?” tebak Khatrien, Carrol menggeleng cepat “No, kau salah Khat!”
“Atau jangan-jangan ada seorang lucky beliber yang berhasil mencium Justin?”
“Bukan Khat! Tapi ini lebih mengejutkan dari itu?!”
“Oh aku tau! Apakah Justin berhasil memacari seorang Nenek tua?” celetuk Damon dengan wajah polosnya.
`Pletak....` kepala Damon pun Carrol hadiahi dengan satu jitakan kecil. Tentu Carrol tidak terima jika idolanya digosipkan seperti itu!
“Carelessly! Aku tau Justin memang menyukai wanita yang lebih tua dari dia. But, ucapanmu itu berlebihan tahu!”
Damon mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf `V` disertai dengan cengirannya yang lebar. “Yah aku kan hanya bercanda dan menerka-nerka Carr. Lagipula mana kita tau kalau ternyata tipe cewek idaman Justin yang sekarang itu adalah Nenek-Nenek!”
Tiba-tiba saja emosi Carrol terpancing ketika mendengar perkataan Damon. Benar kata Ibunya, Carry paling tidak bisa disinggung tentang sesuatu yang berhubungan dengan Justin.
“Quite you Dam! Sekali lagi kau mengatakan itu akan aku sobek mulutmu!”
Ancaman yang diberikan oleh Carrol itu membuat Damon ciut seketika. Beruntung Carrol hanya menggertaknya dengan ucapan bukan perbuatan. Tapi menurut Damon ucapan saja sudah pedas dan cukup mengakibatkan bulu kuduknya merinding ketakutan, bagaimana dengan perbuatan?
“Sudah hentikan! You are very childish. Sekarang lupakan masalah yang tadi!” lerai Khatrien dengan nada yang tinggi. Carrol dan Damon sama-sama diam dan saling membelakangi. Melihat tingkah kedua sahabatanya itu, Khatrien hanya mampu menggeleng-gelenkan kepalanya.
“Ya sudah, kalau tebakan kami salah semua trus yang bener apa dong Carr?”
Yak! Pertanyaan yang dilontarkan Khat adalah pertanyaan yang tepat. Setelah ditanyai soal itu raut wajah Carrol pun kembali cerah seperti sedia kala. Lalu ia menatap Khatrien dan Damon secara bergantian, tatapannya penuh artian khusus. Kemudian dengan ½ menjerit Carrol pun menjawab, “JUSTIN AKAN MENGADAK KONSER DI NEW YORK DALAM WAKTU DEKAT INI GUYS!”
Jeritan Carrol itu terdengar cukup nyaring sehingga membuat kedua sahabatnya menutup telinga mereka rapat-rapat.
Setelah memastikan kalau pendengaran mereka masih normal, Khatrien dan Damon pun saling melempar pandang kemudian memberikan respon kepada Carrol hanya dengan 2 kata..
“Oh, terus?”
Kedua manik mata Carrol pun berputar, lalu ia memajukan bibirnya beberapa centi, “Mengapa respon kalian tidak asyik? Aku menceritakannya dengan heboh sementara kalian malah meresponnya dengan nada yang datar..”
“Owww..sorry darling! Bukan begitu maksud kami. Aku dan Damon hanya tidak tahu harus memberikan respon seperti apa supaya kau senang?” Khatrien merangkul Carrol dengan sebelah tangannya, tapi Carrol tidak ingin membalas rangkulannya karena ia masih sedikit kesal pada Khat.
“Selain itu kau kan tahu kalau kami bukanlah beliber yang fanatik sepertimu..” ucap Damon menambahkan.
Okey, kalimat yang terakhir itu cukup membuat Carrol paham. Khatrien dan Damon biasa saja karena mereka bukanlah pengagum Justin.
“So, apa rencanamu?”
Carrol mengedipkan sebelah matanya kearah Khat. Ia yakin cukup dengan isyarat mata saja Khat akan paham dengan apa yang tengah direncanakannya.
“Don't be mad Carry! Kalau kau pergi ke New York siapa yang nantinya akan membantu Bibi Eliana ditoko kue?!” protes Khatrien cepat. Ia berkata seperti itu karena ia tahu kalau Carrol adalah anak yang rajin membantu Ibunya ditoko kue. Sepulang dari sekolah Carrol pasti berkunjung kesana untuk membersihkan pantry, membantu membuat kue, atau hanya sekedar melayani pembeli. Carrol sangat menyayangi Ibunya, karena beliau bagaikan superwomen dimatanya.
“Tapi Khat, kau kan tau bertemu dengan Justin Bieber itu adalah salah satu impianku! Aku tidak akan mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini Khat.. Please, understand my desire at this time guys!”
“Walaupun kau harus meninggalkan Ibumu demi itu?” sela Khat tajam. Tampang memelas Carrol tidak membuat Khat berbalik untuk mengasihaninya. Yang ada dia malah semakin memojokkan Carrol.
“Tapi kan Ibuku sedang ada urusan di Holasky selama seminggu kedepan, jadi aku bisa ke New York tanpa sepengetahuan Ibuku! Bagaimana? Keren kan ideku?”
Khatrien mendengus, “Up to you! Tapi siapa yang akan menjaga toko kue? Trus bagaimana kalau Ibumu sampai tahu kalau kau pergi ke New York seorang diri?”
Carrol nampak berpikir sebentar, lalu sebuah lampu kuning tiba-tiba menyala diotaknya, `Tring!` dengan mata yang berbinar-binar Carrol pun menjelaskan idenya kepada Khatrien dan juga Damon yang lebih banyak diam daritadi. “Begini, kau tidak usah khawatir! Mengenai toko kue aku bisa menyewa beberapa pekerja ditempat kursus memasak Ibuku dan aku akan meminta Bibi Judith untuk mengawasi mereka. Sedangkan masalah Ibuku yang akan mengetahui hal ini atau tidak itu masalah belakangan! Aku jamin selagi aku, kau, dan Damon bisa mengunci mulut kita rapat-rapat Ibuku tidak akan tahu ini. You want to help me?”
Khatrien menghela napas panjang, lalu mengangguk kecil. “Baiklah kalau ini keinginanmu. Aku tidak bisa melarangmu lagi. So, katakan apa yang bisa aku dan Damon lakukan untuk membantumu?”
“Errrrrr....” Carrol nampak ragu untuk mengatakannya. Tapi ia berpikir kalau tidak dikatakan, maka kepergiannya ke New York terancam batal. Akhirnya mau tidak mau Carrol pun harus mengutarakannya. “Aku tidak mungkin pergi ke New York seorang diri kan Khat? Jadi kau dan Damon harus ikut denganku”
Khatrien terkesiap, sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya dengan lemah. “I'm sorry dear.. Bukannya aku tidak mau menolongmu, hanya saja di New York sekarang lagi musim dingin. Aku pasti tidak akan diperbolehkan orang tuaku untuk berpergian jauh apalagi kesana” lirih Khat beralasan. Ia mempunyai penyakit alergi dengan cuaca dingin dan Carrol sudah tahu itu dari dulu.
Sebagai sahabat yang baik mau tidak mau Carrol pun harus maklum dengan alasan yang dilontarkan oleh Khatrien.
Ia menoleh kearah Damon, namun pria itu langsung menangkupkan kedua belah tangannya didepan dada. Raut menyesal sangat tampak jelas disana.
Setelah sekian lama mengunci mulutnya, akhirnya ia pun mulai membuka suaranya. “Maafkan aku Carry, aku tidak akan pergi jika Khat tidak ikut. Aku khawatir kalau sesuatu sempat terjadi dengan dia disini..”
Khatrien langsung menyikut perut Damon dengan mata melotot. Sementara Carrol mendelik heran kearah mereka berdua.
“Maksutnya kalian berdua pacaran?”
“Ya..”, “Ah tidak!”
Carrol semakin bingung tatkala Damon mengakuinya sementara Khatrien mengelak dengan cepat.
“Jangan dengarkan dia Carr.. He was only joking! Dia hanyalah pria bodoh yang suka bercanda!”
“Hei kenapa kau tidak mau mengakuinya sih sayang? Kita kan memang pacaran!” sela Damon seraya mencium pipi mulus Khatrien.
`Glek...` Carrol menelan ludah melihatnya. Seumur-umur baru kali ini ia menyaksikan adegan seperti itu tepat didepan matanya sendiri. Yah, walaupun Carrol tinggal di Barat tetapi ia masih memegang adat ketimuran yang diajarkan secara turun-temurun oleh Ibunya. Berbeda dengan Damon yang asli Barat, bagi pria berambut ikal itu mencium lawan jenis didepan umum adalah hal yang biasa.
“Sudahlah, akui saja Khat.. Kalau tidak aku akan marah padamu!” ucap Carrol dengan nada ½ mengancam.
Khatrien yang masih sibuk mengusap-usap pipinya pun akhirnya mengangguk pasrah. Lalu Carrol memberi selamat kepada mereka berdua.
“Jadi kau mau kan Khat ikut denganku ke New York? Aku mohon kali ini saja..” ulang Carrol lagi. Berharap Khatrien akan luluh dan mau mengabulkan permintaannya. Namun sayangnya gadis berlesung pipi itu tetap keukeuh dengan jawabannya.
“Maaf Carry, aku tidak bisa menemanimu. Lagipula kalau kita sudah sampai di New York susah untuk kita kembali lagi kesini! Yah, kecuali kalau kau naik mobil pribadi..” tutur Khatrien mengingatkan Carrol. Gadis itu kembali tertegun. Apa yang Khatrien ucapkan ada benarnya juga, kalau ia pergi ke New York dengan menggunakan kereta api listrik akan membutuhkan waktu ± 3 hari untuk kembali lagi ke RainVill, karena railway station di Los Angeles hanya akan dibuka 2 kali dalam seminggu.
Tapi kalau ia tidak pergi bagaimana dengan konser Justin?
Wajah Carrol pun tertunduk dalam-dalam. Harapannya untuk bertemu sang idola perlahan-lahan mulai pupus sudah. Keceriaan yang semula menghiasi wajah innocent Carrol tiba-tiba berubah menjadi kesedihan yang mendalam.
Khatrien dan Damon ikut terdiam, kemudian sahabatnya yang perempuan (Khat.red) menjentikkan jarinya hingga mengagetkan Carrol dan juga Damon.
“I have a suggestion Carry! Begini saja, bagaimana kalau kau pergi naik mini bus dari sini menuju ke terminal Greyhound di Los Angeles. Dan untuk menghemat biaya, sesampainya di terminal kau bisa naik kereta api listrik yang menuju ke Stasiun Vernon Boulevard di kota New York. Errrr....kebetulan aku mempunyai adik sepupu disana! Aku bisa memintanya untuk menjemput kau di Stasiun Carr, jadi kan kau tidak sendirian di tempat asing seperti itu.. Bagaimana? Keren kan ideku?!” jelas Khatrien panjang lebar. Nada bicaranya yang terdengar menggebu-gebu membuat Carrol kembali bersemangat untuk mewujudkan impiannya agar bisa bertatap muka dengan Justin.
“Sepupumu? Siapa dia?!”
“Namanya Chris.. Dia sepupuku yang paling tampan!”
“So, he's the man?!” tanya Carrol yang sedikit terkejut.
“Yeah, tenang saja Carry. Chris adalah pria yang baik dan menghormati wanita. He will not hurt you dear!” Sahabatnya itu tersenyum lebar untuk meyakinkan Carrol. “Believe me okay?” tambahnya sambil mencengkram bahu Carrol dengan lembut. Setelah menimbang-nimbang sejenak Carrol pun akhirnya setuju dengan saran Khatrien. Anyway, mana mungkin seorang Khat merencanakan sesuatu yang buruk terhadapnya.
“It's okay! Aku percaya dia karena kau adalah sahabatku..”
Tidak lama kemudian lonceng pertanda dimulainya pelajaran pun dibunyikan. Mereka bergegas meninggalkan taman belakang sekolah menuju ke kelas masing-masing dan anehnya hari ini Carrol, Khatrien, dan Damon tidak dihukum. Padahal mereka telat 5 menit lho dari Mr. Jhon! Untuk pertama kalinya ucapan Carrol pun terbukti didepan Khatrien dan juga Damon.
“Apa ku bilang?”
Carrol tersenyum bangga sementara kedua sahabatnya malah mencibir kelakuan Carrol yang terkesan norak itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar