BAB.1
<3 Merely a Dream <3
(Part.5)
The First Time You Approached Me..
Obey All Want You..
»»
3 hari waktu yang sangat singkat untuk melaksanakan pendekatan. Tentu bukan sembarang pendekatan yang Carrol lakukan.
Dan misinya dalam rencana ini adalah membuat Justin menganggap dirinya berharga dalam hidupnya. Okay, kalau kata-kata `berharga` terlalu tinggi, maka Carrol akan meralatnya menjadi `berarti`.
Untuk yang satu ini Carrol harus bisa menuruti semua keinginannya.
Tidak hanya keinginannya yang ia minta secara terus terang, tapi juga keinginannya yang Carrol lakukan atas inisiatifnya sendiri. Seperti membuatkannya sarapan, menemaninya jalan-jalan sore (kalau Zelena sibuk), mengobati lukanya kalau ia terluka (walau tanpa diminta), merayunya dengan membuat lelucon garing kalau ia tengah merajuk, dan masih banyak lagi.
Carrol rasa itu tidak berat, yang berat adalah ketika ia harus menuruti keinginan Justin seperti hari ini.
Telepon diapartemen Lenka berdering beberapa kali.
Pagi ini Lenka sedang tidak ada diapartemennya, karena dia harus kembali ke sekolahnya. Sementara Carrol masih sibuk keramas dikamar mandi.
Karena bunyinya sangat mengganggu pendengarannya, akhirnya Carrol pun bergegas keluar dari bathroom dengan masih memakai bathing suit (alias baju mandi).
Tapi sialnya, setelah keluar dari kamar mandi eh teleponnya sudah tidak berdendang lagi.
Carrol menggerutu kesal sembari melangkah menuju kamar untuk berganti pakaian.
Kebetulan sekali ketika Carrol memasuki kamar ponselnya berdering, menandakan adanya panggilan masuk.
Dengan cekatan Carrol meraih handphone nya untuk melihat nama kontak siapa yang tengah muncul dilayar berbentuk persegi panjang itu.
“Justin? Tumben..” ucapnya tak bersuara.
Ketika Carrol menekan tombol hijau suara diseberang sana lebih dulu menyahut. Padahal Carrol belum ada mengucapkan kata-kata `halo` ataupun `iya`.
“Kenapa aku telepon tidak diangkat?! Kau tahu, aku sangat membutuhkanmu sekarang! Meet me now shawty..” ucap Justin sedikit memaksa.
“Jadi kau yang menelponku tadi? Tahu darimana kau nomer telepon di apartemen ini?” tanya Carrol sedikit terkejut.
“Sudahlah bukan hal yang penting. Sekarang temui saja aku. Don't be late and see you!”
KLIK...!
Telepon diputus sepihak oleh Justin.
Suara Justin tadi sangat terdengar melengking sehingga membuat Carrol harus menjauhkan sedikit ponselnya dari telinganya yang sensitif.
Carrol meletakkan ponselnya kembali diatas meja rias dengan perasaan campur aduk. Disatu sisi Carrol senang karena Justin menyuruhnya untuk menemuinya, tapi disisi lain Carrol juga kesal karena ucapan Justin yang --tumben-tumbenan-- tidak lembut seperti biasanya. Ada apakah gerangan? Apa benar ia dalam keadaan genting? Tapi karena apa?
Tiba-tiba kata-kata Justin tadi kembali terngiang ditelinganya “Don't be late!”.
Agak terburu-buru Carrol mengganti baju mandinya dengan pakaian yang sesimple mungkin.
Atasan berwarna hijau daun dengan kerah berenda telah melekat ditubuhnya.
Dan sebagai bawahannya Carrol pun mengenakan rok kuning bergestur ramping dibagian pinggang, yang ditambah hiasan pita berukuran sedang tertempel dibagian tengahnya sebagai pemanis.
Okay, tidak ada waktu untuk memandangi dirinya didepan cermin.
Dengan ½ terpaksa Carrol biarkan rambutnya tergerai awut-awutan. Lumayan kering sih, tapi tetap saja tampak berantakan.
Ya sudahlah, yang penting Justin tidak menunggunya terlalu lama.
Beruntung begitu banyak taksi yang menawarkan jasanya disepanjang Maple Street, dan salah satunya adalah taksi kuning yang Carrol berhentikan tepat diperempatan jalan.
Carrol memerintahkan sopir itu untuk segera mengantarkannya menuju Hotel Swetapple, sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Justin di sms tadi.
Sopir taksi itu pun hanya mengangguk, lalu menghidupkan mesin mobilnya.
Selama diperjalanan ponsel Carrol terus berdering, Justin tidak henti-hentinya menghubunginya dan itu membuat Carrol agak kesal dengannya.
“Iya Justin soon I will be there! Apakah kau tidak bisa bersabar barang 5 menit?!”
Huh...! Carrol menutup teleponnya dibarengi dengan hembusan nafasnya yang terdengar kasar.
Bersamaan dengan itu Carrol pun meminta sopir taksi untuk menaikkan kecepatannya. Lagi dan lagi sopir itu hanya menurut.
Sesampainya ditempat tujuan, Carrol langsung membuka pintu taksi.
Taksi yang ia tumpangi itu kembali meluncur dijalan raya setelah menerima sejumlah uang darinya.
Didepan Hotel Swetapple ternyata Carrol lebih dulu disambut oleh Justin.
Dengan sigap Justin menarik sebelah tangannya ke suatu tempat. Entahlah, Carrol hanya bisa pasrah melihat tangannya yang digeret paksa oleh Justin.
“Justin what's going on?!”
“Carry, aku butuh bantuanmu sekarang..”
Justin melepaskan tangan Carrol dan Carrol pun tersenyum dengan sedikit memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“Katakanlah, dengan senang hati aku akan membantumu”
“Kau lihat di lobby hotel banyak sekali wanita berbaju ungu kan?”
Carrol menengok kearah yang Justin tunjuk, lalu menggangguk paham. “Mereka belieber?” tanyanya sekedar memastikan.
“Yeah, aku akan mengadakan jumpa fans sebentar lagi”
“Masalahnya?” selanya tidak sabar.
“Zelena ingin mengajakku jalan sekarang juga. Kau tahu kan kalau dia itu wanita yang keras kepala? Apapun yang diinginkannya harus segera dipenuhi..”
Carrol mengangguk, anggukan yang berarti I-know-it-well. Namun dalam hati ia mencibir kalimat Justin barusan, “Sudah tahu keras kepala kenapa kau masih betah berhubungan dengannya? So you decide she's better! Masih banyak wanita lain diluar sana yang lebih baik darinya termasuk AKU JiBi!”
Kurang lebih begitulah rutukannya dalam hati.
Justin menghela nafas sejenak, lantas mengutarakan keinginannya kepada Carrol.
“Aku mau kau jelaskan pada Zelena dengan sedikit berbohong. Katakan padanya kalau aku tengah sibuk membicarakan sesuatu dengan Usher, pelatihku. I see you're good at lying!”
“Dasar bodoh.. Kalau kau mengataiku pandai berbohong maka aku tidak akan membantumu!” kecam Carrol, berpura-pura merajuk.
Justin menyeringai lebar dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. “Okay, kalau kau tidak membantuku maka aku tidak akan memberimu jawaban besok lusa. Impas kan?” ancamnya mengikuti Carrol. Tentu hanya sekedar bercanda. Setelah mendiskusikannya selama 3 menit Carrol pun sepakat untuk membohongi Zelena demi Justin.
“Tapi bagaimana kalau Zelena tidak percaya lalu malah meneleponmu?” tanya Carrol was-was.
“Sampai acaranya selesai seluruh ponsel akan ku non-aktifkan. Jadi kau tidak perlu cemas shawty”
Carrol mendesah lega. Karena waktu yang semakin sempit Justin pun bergegas meninggalkannya.
Tapi sebelum itu ia mengacak lembut puncak kepala Carrol seraya berbisik nakal, “Aku menyayangimu Carry!”
Carrol terdiam, mengatup mulutnya rapat-rapat.
Tidak! Ia tidak boleh Ge-eR.
Mungkin maksudnya Justin hanyalah sayang sebagai fans. Bukankah Justin menyayangi seluruh beliebers?
Tiba-tiba seseorang menabrak bahu Carrol dengan keras.
Ia terkejut, detik selanjutnya Carrol tahu dia siapa. Dia Zelena!
Hei, ada perlu apa wanita itu kesini? Apa jangan-jangan ia ingin menemui Justin? Kalau iya, berarti ini saatnya Carrol mencegah Zelena untuk masuk!
“Hei, there is a need you here?”
Zelena menepis kasar tangan Carrol yang melingkar dilengannya.
“None of your bussines! ” jawabnya ketus.
Carrol tersenyum miring. Ini kesempatannya untuk membuat Zelena kesal. “Kau ingin menemui Justin kan? Tidak bisa! Dia sibuk hari ini..”
“Up to me, dia pacarku dan aku lebih tahu tentang dia daripada kau! Who are you? Kau ini siapa hah?! Kau sok tahu sekali..” cetusnya meremehkan Carrol.
Carrol menatap tajam kearah Zelena. Tatapannya itu memancarkan sinar kebencian yang luar biasa.
Sedangkan dihadapannya Zelena memberikan tatapan yang sinis. Ia seperti berusaha mengenali Carrol. Cukup singkat waktu yang ia butuhkan untuk mengenali wajah Carrol, karena semenit kemudian tawanya pun meledak seketika.
“Hahahaha... I know I know! Kau beliber yang beruntung waktu itu kan? Hei, you're lucky girl. Tapi aku jauh lebih beruntung darimu! Justin telah menjadi milikku seutuhnya.. Jangan harap kau bisa merebut Justin dariku yah! Dasar wanita bodoh, out of the way you are!”
Mulut Carrol mengatup dengan begitu rapat. Gigi geraham yang bagian atas dan bawah saling menekan satu sama lain. Berusaha menahan amarah yang bergejolak didadanya. Karena Carrol pikir ini bukanlah waktu yang tepat untuk meluapkannya. Yah, kalau emosinya terpancing justru Zelena akan semakin merendahkannya.
Berlagak sedikit cuek, Carrol pun menjawab, “Whatever! Yang jelas sekarang kau tidak bisa bertemu dengannya karena ia tengah mengadakan rapat kecil dengan Usher. Lebih baik sekarang kau kembali ke hotelmu.. Sana pergi sana! Hush.. Hush..” Carrol mengibas-ngibaskan tangannya didepan Zelena. Layaknya manusia yang mengusir kucing garong si pencuri ikan.
“Hei kau benar-benar sok tahu sekali! Justin ke New York tidak membawa serta Usher you know?! Dia kemari hanya denganku, Mom Pattie, Scooter, dan juga Kenny. Hahaha, kau memalukan!” cibir Zelena tersenyum penuh kemenangan. `Glek` Carrol menelan ludah. Dasar Justin! Kenapa dia tidak memberitahu sebelumnya kalau dari awal Usher memang tidak ikut dengannya?! Jangan sampai Zelena membongkar kebohongannya, untuk itu Carrol pun memutar otak mencari alasan yang lain.
“Hahaha.. Kau yang bodoh! Usher baru saja datang tadi pagi.. Apa kau tidak diberitahu oleh Justin? Ckckck, kasihan sekali kau! Berita sekecil ini saja tidak tahu...”
Carrol balik mentertawakan Zelena sambil geleng-geleng kepala, berlagak prihatin. Senyuman miring pun terkembang dibibirnya karena ia berhasil membuat Zelena keki.
Carrol lihat dia merogoh isi tas jinjingnya untuk mencari ponsel, mungkin. “Dasar wanita tidak tahu malu! Akan aku telepon Justin sekarang, agar kau semakin malu. Kau tahu? Justin sangat tidak suka dengan fans yang menyebalkan sepertimu!”
“Kau jauh lebih menyebalkan daripada aku Zelena Dombret!” gumamnya pelan, tapi cukup terdengar jelas ditelinga Zelena sehingga membuat gadis itu memelototkan matanya. “Apa kau bilang?!”
“Ah tidak.. I didn't say anything!”
Zelena melengos lalu merapatkan handphonenya ke telinganya.
Carrol tahu kalau orang yang diteleponnya adalah Justin, tapi Carrol tetap tenang. Paling-paling sebentar lagi dia malah akan semakin kesal, dan bibirnya pun ikut bertambah maju beberapa centi kedepan.
Carrol benar, sedetik kemudian Zelena langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya. Lalu ia menggerutu penuh nafsu, “Ah shit! Kenapa nomernya tidak aktif?!”
“Kan sudah aku bilang kalau Justin sibuk!” ceplos Carrol sengaja untuk membuat Zelena semakin dongkol.
Kekasih dari Justin Bieber itu menatap Carrol penuh benci dengan tangan yang mengepal.
“Lihat saja nanti, kau akan menyesal! You're crazy! Aku akan membalasmu Nona Bowling!” makinya ½ berteriak. Kemudian ia pun berlalu tanpa berpamitan terlebih dulu.
Dalam hati Carrol tersenyum puas karena endingnya ia bisa melihat wajah Zelena yang memerah, antara menahan marah dan juga rasa malu yang luar biasa.
Hhh, Carrol mendesah lega. Ternyata menuruti keinginan yang Justin utarakan lebih susah dibandingkan menuruti keinginannya yang Carrol lakukan atas iniasiatif dirinya sendiri.
Kejadian diatas belum seberapa, karena besoknya Justin kembali meminta pertolongan Carrol. Ditempat yang sama tetapi dengan alasan yang berbeda.
Kalau kemarin Justin ingin menghindar dari Zelena karena ada jumpa fans, sekarang justru kebalikannya. Justin ingin menghindar dari seorang belieber yang memaksa untuk bertemu dengannya, karena ada acara dinner bersama Zelena. Tidak mau mengecewakan Justin, akhirnya Carrol pun dengan senang hati membantunya.
Menghadapi belieber brutal yang hampir melukai dirinya sendiri.
“You're lying! Tadi pagi Justin baik-baik saja dan tidak ada tanda-tanda kalau dia sakit! Kau mau membohongiku kan?! Hei, siapa kau?! Aku rasa kau bukan siapa-siapanya Justin..” sungut beliber itu dengan tampang sinis.
Carrol menggigit kecil bibir bawahnya. Ya Tuhan! Beliber yang satu ini sungguh keras kepala. Karena dengan kata-kata yang halus tidak akan berhasil, maka Carrol pun mengeluarkan kata-kata kasarnya.
“Oh my God! Kau tidak mengenalku? Yang benar saja! Hei Nona tepat 1 minggu yang lalu seluruh infotaiment di New York City serentak membicarakan aku. Aku si one less lonely girl nya Kota New York! Atau jangan-jangan kemarin kau tidak menonton konsernya Justin yah? Hahahaaa.. Kasihan sekali kau. Dan satu hal yang perlu kau ketahui, aku tidak berbohong! Justin memang tidak enak badan hari ini, jadi sebaiknya kau pulang kerumahmu!” sengit Carrol dengan nada yang sengak, angkuh.
Belieber itu menatap Carrol tajam, nafasnya panjang pendek seperti ingin menelan Carrol hidup-hidup.
“Sombong sekali kau!” teriaknya mencibir Carrol. Carrol hanya mampu menelan ludah ketika belieber itu semakin mendekatinya. Ditariknya rambut Carrol dan dijambaknya seketika.
“Feel it! Kau pantas mendapatkannya!” makinya lagi.
Carrol hanya mampu menahan sakit sambil terus berusaha melepaskan tangan wanita itu dari rambutnya.
Beruntung Kenny cepat datang dan melerai mereka. Dibawanya belieber itu keluar dari area hotel. Selain berusaha melepaskan diri, disaat seperti itu ia masih saja mengeluarkan cacian serta makian kasar untuk Carrol.
Carrol terduduk lemas di lantai hotel.
Nafasnya terdengar satu-satu dan tidak beraturan. Menghadapi belieber ternyata lebih sulit dibandingkan menghadapi Zelena. Carrol mati-matian melawan belieber itu sementara direstorant hotel Justin justru tengah asyik dinner bersama dengan Zelena! Miris? Yah sedikit.
Singkat kata selama 3 hari itu Carrol selalu menuruti kemauan Justin. Hingga akhirnya tiba malam `penentuannya`. Apakah Justin memutuskan Zelena untuk menerima cintanya? Atau malah Justin akan setia dan menolak Carrol mentah-mentah? Entahlah, she don't know.
Malam penentuannya bersamaan dengan malam kepulangan Carrol ke Los Angeles. Sebelum Carrol menuju Stasiun Vernon Boulevard, lebih dulu ia mampir ke Riverside Park. Sesuai dengan janjinya pada Justin.
Didalam kamar tamu Carrol tengah mengemasi seluruh barang-barangnya dibantu oleh Lenka.
Kekasih dari Chris itu tidak dapat menahan isak tangisnya.
Ia nampak berat jika harus ditinggal pergi oleh Carrol. Bagaimanapun selama hampir 2 minggu ini Carrol yang telah menemaninya di apartemen. Mereka selalu menghabiskan waktu senggang berdua. Tapi Carrol juga tidak bisa membatalkan kepulangannya, karena Ibunya sangat membutuhkannya di desa. Yah, mau tidak mau Carrol harus pulang.
Sebelum benar-benar keluar dari kamar tamu yang ada diapartemennya Lenka, Carrol pun menyempatkan diri untuk memotret dirinya bersama ruangan itu.
CKLIK...!
Sebuah gambar yang indah dan penuh kenangan telah Carrol dapatkan.
“This is the most comfortable bed I have ever felt!” serunya girang.
Lenka tersenyum geli mendengarnya. Baginya Carrol terlalu unik untuk dijadikan teman.
Karena kata-kata yang Carrol lontarkan simple, polos, dan terkadang malah mengundang gelak tawa.
Setibanya dipintu apartemen Lenka memeluk Carrol dengan begitu erat.
“Sering-seringlah main kesini Carry, aku tidak akan pernah melupakanmu..” ucap Lenka disela-sela isak tangisnya.
Carrol membalas pelukan Lenka dengan lebih erat. Setetes air bening pun tak kuasa lagi untuk dibendungnya.
“Me too. Lain kali kau yang harusnya berkunjung ke Desa RainVill. I promise, if you visit it later, maka aku akan menjamu kau layaknya Tuan Putri!”
“Kau sangat menggemaskan.. Setelah kau pergi pasti aku akan merindukan PiChub mu ini!”
Lenka mencubit pipi Carrol dengan gemas. Yah, PiChub adalah singkatan dari Pipi Chubby. Entahlah, ia juga tidak tahu mengapa Lenka menyingkatnya seperti itu? Yang Carrol tahu hanyalah kalau Lenka lagi iseng dia pasti akan mencubit kedua pipinya hingga bergurat kemerah-merahan. Sedikit sadis memang, tetapi terkadang Carrol malah merindukan keisengannya itu.
Sesampainya dibasement Carrol kembali memeluk Lenka untuk yang terakhir kalinya, dan Lenka mengatakan kalau ini adalah peluk perpisahan.
“Nice to met you Lenka..”
“Me too. Apa perlu aku antar?”
“Ah tidak usah repot-repot. Biar aku naik taksi saja. Errr, tolong sampaikan salamku untuk pacarmu itu yah? Bye..”
Lenka mengangguk satu kali, tersenyum sambil membalas lambaian tangan Carrol yang semakin lama semakin menjauh. Hingga akhirnya lambaian itu pun menghilang ketika Carrol berbelok kearah Maple Street. Mereka berpisah. Ada kalanya Carrol dan Lenka mempertanyakan, kenapa disetiap pertemuan itu harus ada perpisahan? Sudahlah mereka berdua tidak perlu pusing-pusing memikirkan jawabannya. Terkadang, untuk menghibur hati mereka malah berpikir kalau berpisah itu artinya adalah meninggalkan yang lama untuk bertemu dengan yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar