Pura Pura Cinta

Jumat, 27 Mei 2011

We are Different (Not Including Own) Bab.1 [Part.3]

BAB.1

<3 Merely a Dream <3

(Part.3)

Memberi pertolongan itu tidak berdampak merugikan..
Karena biasanya sedikit yang harus diikhlaskan, namun setelah itu akan ada banyak kebahagian yang bisa didapatkan..
Percayalah, kebahagiaan itu datangnya tidak terduga dan jumlahnya pun tidak terhingga..

***

Singkat kata, selama di New York Carrol menghabiskan waktunya hanya untuk berhangout ria bersama Lenka. Beruntung Lenka mau memboloskan diri dari sekolahnya demi menemani Carrol berlibur. Berbagai tempat wisata di New York mereka kunjungi. Dari yang terkenal sampai yang terpencil, dari yang menarik sampai yang biasa-biasa saja. Semua mereka kunjungi dalam waktu 3 hari berturut-turut.
Hingga akhirnya sehari sebelum diadakannya konser Justin, Lenka menghampiri Carrol dengan membawa sebuah kabar gembira.
Sampai-sampai Carrol yang tengah merebus mie instan didapur terperanjat kaget dibuatnya.
“Tommorow night you should go with me dear!”
“For what?”
“Hei! Bukankah kau bilang kau ingin bertemu Justin?!”
“Tapi kan aku tidak punya-----”
“Lihat ini!”
Lenka mengeluarkan sesuatu dari belakang punggungnya.
Nampaklah dua lembar tiket konser Justin Bieber yang menari-nari didepan wajah Carrol.
Carrol pun speechless melihatnya, “What is it?” serunya tertahan.
“Ini tiket Carry! Kita berdua akan menonton konser Justin Bieber besok..” jawab Lenka dengan senyum yang mengembang.
Carrol ikut tersenyum, namun sedetik setelahnya senyumnya itu pun lenyap seketika. “Aku kan sudah bilang, kau tidak perlu repot-repot Len. Harga tiket itu kan mahal! Tidak menonton konsernya juga tidak akan membuatku mati kok...” gerutunya tidak suka. Carrol memang enggan jika harus merepotkan orang seperti ini.
Didepannya Lenka menggidikkan bahunya dengan pelan. Ia merasa sama sekali tidak direpotkan oleh Carrol.
“Tiket ini sudah aku beli sejak satu bulan yang lalu. Kebetulan aku juga beliber dan rencananya aku akan pergi bersama adik sepupuku. Tapi karena dia mendadak masuk rumah sakit, yah dia tidak bisa ikut denganku..” jelas Lenka serinci-rincinya. Carrol masih diam bergeming didepan meja pantry.
“Sayang kan kalau tiketnya tidak dimanfaatkan? Lebih baik aku berikan kepada sesama beliber sejati!” sambung Lenka terus merayu Carrol.
“Tidak. I will not go away with you!” Carrol tetap keukeuh dengan pendiriannya itu sehingga membuat Lenka mendecakkan lidahnya dengan kesal. “Ck! Apakah kau tidak pernah bermimpi untuk menjadi one less lonely girl dikonsernya Justin?”
Akhirnya rayuan Lenka yang terakhir sukses meluluhkan hati Carrol. Beliber mana yang tidak pernah bermimpi untuk menjadi OLLG di konsernya Justin? Carrol pernah bahkan sering memimpikan itu!

Keesokan harinya....
Tepat pukul 06:30 pm Carrol tengah bersiap-siap didalam kamarnya.
Rok ungu selutut bermotif bunga-bunga kecil sangat matching disaat Carrol memadukannya dengan kaos ungu berlengan pendek. Sebagai pemanis diluarnya pun ia lapisi dengan blazer berwarna putih tulang.
Carrol memandangi dirinya didepan cermin besar yang ada dikamar itu.
Kalau Carrol boleh narsis, malam ini ia terlihat sangat cantik dan manis. Apalagi rambut panjangnya dibiarkan tergerai indah dengan pita ungu kecil sebagai hiasan dibagian pinggir. Carrol tampak seperti.....? Barbie!
“Kau sangat cantik! Pasti kau sangat berharap menjadi OLLG nya Justin malam ini..” bisik Lenka yang tau-tau sudah ada dibelakang Carrol. Ia hanya membalasnya dengan sepotong senyum. Setelah itu mereka langsung pergi menuju tempat diadakannya konser.
Disepanjang jalan menuju gedung Music Star, jalanan sangat terasa padat dan macet.
Katwill Street, jalanan utama menuju Music Star berubah menjadi lautan manusia berbaju ungu.
Semua nampak berdesak-desakkan ingin lebih dulu sampai digedung tersebut.
Sangking padatnya jalanan pun macet total. Carrol dan Lenka memutuskan untuk berjalan kaki melewati jalan pintas yang berupa sebuah gang kecil.
Kecil dan kumuh! Demi Justin, Carrol pun rela melakukannya.

Setibanya digedung Music Star matanya pun kembali melotot.
Carrol menghembuskan nafas dengan kasar, karena ternyata gedung Music Star tidak ada bedanya dengan Katwill Street! Yaitu sama-sama dibanjiri oleh manusia berbaju ungu. Kalau harus antri dan menunggu, tentu Carrol akan kebagian tempat duduk yang paling belakang. But, what can make? Namanya juga peraturan.
Tiba-tiba Lenka menarik pergelangan tangan Carrol menuju ke belakang gedung Music Star. Tanpa Carrol dan orang lain ketahui, ternyata dibelakang ada 1 lagi pintu untuk masuk kedalam gedung. Biasanya sih dijaga ketat oleh tim dari promotor yang mengundang Justin, tapi entah kebetulan atau disengaja, pintunya tidak dijaga dan terbuka dengan lebar.
“Lenka, aku takut. Apa tidak bahaya kalau kita masuk lewat sini?” tanya Carrol ragu-ragu.
Sebenarnya Lenka juga merasakan hal yang sama dengannya, namun wanita bermata sipit itu memberanikan dirinya dengan satu kalimat yang berbunyi, `All will be fine`.
“Kau jangan berisik, ketahuan beliber yang lain bisa mati kita! Listen to me please, semua akan baik-baik saja. Ayolah cepat! Aku bersusah payah untuk mendapatkan tiket ini, dan aku tidak akan rela jika mendapatkan tempat duduk dibelakang..” cerocos Lenka meletup-letup.
“Okay, aku turuti kemauanmu kali ini..”
Akhirnya Carrol pun pasrah dan membiarkan Lenka menyeretnya masuk melalui pintu belakang.
Tapi karena ada insiden kecil, pegangannya pun terlepas.
Sontak saja Carrol panik sambil berusaha mencari-cari Lenka.
Carrol mengedarkan pandangannya keseluruh sudut ruangan, tetapi Lenka tidak diketemukan. Yang ada ia malah menabrak keras seorang wanita paruh baya.
`Brukkkkkkk.....!`
“I'm sorry. Aku tidak sengaja aunt. Aku buru-buru karena ingin cepat-cepat masuk kedalam! Aku terlalu bersemangat dan maafkan aku.”
Tanpa melepas kacamata hitamnya, wanita itu mengangguk disertai seulas senyuman yang manis. Setelah tau dia tidak marah Carrol pun kembali melanjutkan langkahnya. Baru 3 langkah Carrol menjauh dari wanita itu, ia pun kembali berbalik karena tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Raut wajahnya seolah-olah mengatakan seperti-kenal-tapi-siapa-yah?
“Apa dia tadi Mom Pattie?” gumam Carrol dalam hati. Bersamaan dengan itu seseorang memanggil namanya dengan cukup keras.
“Hei Carry!”
Carrol menoleh, ternyata itu Lenka. Dia menyuruh Carrol untuk segera masuk dan duduk disebelahnya. Kebetulan sekali 2 kursi dibagian depan masih kosong dan mungkin itu rezeki mereka.
“Ah sudahlah, mungkin itu hanya penglihatanku saja!” gumam Carrol lagi.

Konser berlangsung dengan sangat meriah. Justin membuka konsernya dengan lagu yang berjudul `Baby`. Penampilannya sangat energik dan memukau, sehingga sukses membuat para penonton menjerit dengan sangat histeris.
Ditengah-tengah konser, seorang pria asing menghampiri Carrol dan mengajaknya untuk ikut dengannya.
Carrol sedikit bingung, namun karena ia mulai memaksa dan bilang kalau ini penting, akhirnya Carrol pun menurut.
Setelah pamit sebentar dengan Lenka, Carrol mengekori pria asing itu dibelakang.
Ternyata ia diajak ke belakang panggung. Disana Carrol bertemu dengan Justin, Kenny, Mom Pattie, dan........ Zelena? Mengapa mesti ada dia sih? Sungutnya dalam hati tentunya.
Tapi hadirnya Zelena itu tidak mengurungkan niat Carrol untuk memeluk Justin dengan erat.
“Justin! Ka-ka-kau, kau Justin Bieber kan? Iya kan?! Bilang kalau ini bukan mimpi! Justin aku sangat mencintaimu Justin! Aku begitu mengagumimu. Oh my God, aku tidak menyangka kalau aku bisa bertemu bahkan memelukmu seperti ini! Oh ya ampun...!” jerit Carrol tak karuan.
Justin membalas pelukannya dengan begitu hangat, dan itu membuat jantung Carrol berdebar tak beraturan.
“Thanks, tanpamu dan belibers juga aku bukanlah siapa-siapa shawty!” ucapnya setelah melonggarkan pelukan Carrol.
Kemudian Carrol juga memeluk Kenny, Mom Pattie, tapi tanpa Zelena. Carrol hanya melemparkan senyuman tipis kearahnya.
“Aku boleh minta tanda tanganmu?” tanya Carrol pada Justin. Pria itu mengangguk mantap, “Of course!”
Dengan semangat 45 Carrol pun meminta Justin menanda tangani baju kaos yang ia pakai, tepat dibagian ujung sebelah kanan.
Lalu Carrol mengeluarkan kamera saku dari tas kecil miliknya dan dengan sangat hati-hati ia pun meminta untuk berpose berdua dengan Justin. Sebenarnya Carrol takut jika Justin menolak dan menganggapnya banyak maunya. Tapi diluar dugaan Carrol, Justin justru meng-iyakan permintaannya itu dengan sangat bersahabat. “Okay, kita akan berpose berdua. Tapi setelah ini kau harus menolongku! Bagaimana?” pintanya menerapkan azas `simbiosis mutualisme` pada Carrol.
Carrol mengangguk cepat, “Apapun itu aku pasti akan menolongmu!” ucapnya yang sudah tidak sabar berfoto dengan Justin.
Hanya 3 kali jepret. Foto pertama Carrol berada ditengah, diapit oleh Justin dan Mom Pattie, lalu foto kedua Carrol tetap berada ditengah, hanya saja posisi Mom Pattie digantikan oleh Kenny, dan foto yang terakhir Carrol berpose berdua dengan Justin. Difoto itu Justin nampak merangkulnya dengan erat, sehingga tidak ada lagi jarak diantara wajah mereka. Pipi kanan Justin menempel dipipi kirinya. Zelena melihat itu, tapi dia bersikap biasa dan masa bodo. Carrol rasa Zelena adalah tipe pacar yang profesional (?). Dia menganggap apa yang dilakukan Justin itu hanyalah sebagai tuntutan profesi saja.
Carrol terlihat puas hari ini. Sangat-sangat puas!
“Jadi apa yang bisa aku bantu?” tanya Carrol dengan pandangan yang bertumpu pada satu titik, yaitu kamera saku. Ia sedang melihat-lihat hasil gambarnya tadi.
“Apakah kau bersedia untuk menjadi one less lonely girl ku malam ini?”
Justin mengucapkan dengan nada memohon.
Carrol yang mendengar itu tentu saja kaget bukan main.
Ternyata kejutan untuknya tidak hanya cukup sampai disini.
Setelah berhasil mendapatkan tanda tangan, berpose, bahkan memeluk Justin, kini Carrol berkesempatan untuk menjadi one less lonely girl nya New York!
Carrol merasa ini bagaikan mimpi, tentu saja ia langsung mengiyakannya tanpa berpikir panjang lagi.
Carrol kembali memeluk Justin seraya mengucapkan terima kasih padanya.
“So thank you very much Justin! Kau sangat membuatku senang malam ini!” pekiknya penuh napsu.
“Berterima kasihlah pada Ibu ku karena dia yang memilihmu untuk menjadi one less lonely girl ku malam ini.”
Carrol melepaskan pelukannya, lalu mendekati Mom Pattie. Kini ia kembali mengenakan kacamata hitamnya. Dan Carrol memang tidak salah lihat! Dia adalah Ibu-Ibu yang ditabraknya tadi. Carrol terus berterima kasih, namun Mom Pattie hanya mengatakan kalau Carrol memang pantas berdiri diatas panggung konser Justin Bieber yang megah itu.
Singkat cerita Justin pun membawa Carrol keatas panggung dan mengintruksikannya untuk segera duduk diatas kursi yang telah disediakan.

««
There's Gonna Be One Less Lonely Girl..
One Less Lonely Girl..
There's Gonna Be One Less Lonely Girl..
One Less Lonely Girl..
»»

Disaat Justin menyanyikan lagu `One Less Lonely Girl` para belibers semakin berteriak dengan histeris dan lebih kencang. Apalagi disaat Justin merayu Carrol dengan lagu itu.
Ia membelai lembut wajah Carrol dan menarik tangannya untuk menari bersamanya.
Menurut Carrol one less lonely girl Justin yang spesial hanyalah dirinya. Karena baru kali ini Justin mengajak OLLG nya untuk bernyanyi dan menari bersamanya. Tak tanggung-tanggung ia pun mengangkat Carrol, lalu menggendongnya berputar-putar bak kotak musik.
Semua yang melihat itu nampak iri dan banyak dari mereka yang mengamuk. Hanya Lenka yang tersenyum lebar melihat impian Carrol terwujud sudah. Dari kejauhan Carrol melihat Lenka menangis. Mengapa menangis? Carrol saja tersenyum bahagia mengapa Lenka malah menangis?
Diakhir lagu Justin memberikan Carrol sebuket bunga krisan dan mencium pipinya dengan lembut.
Carrol speechless, antara sadar dan tidak sadar. Tapi Justin bilang inilah kenyataannya.
Tidak ada yang aneh, hanya saja dari awal Carrol bertemu dengan Justin sampai dia mencium pipinya seperti itu, Carrol sama sekali tidak meneteskan air mata. Sangat berbeda dengan para belibers atau OLLG dari negara yang lain. Namun, walaupun tidak menangis, matanya nampak berkaca-kaca.
Really you will never forget this night!

Justin tetap melanjutkan konsernya, sementara Carrol diperbolehkan menunggu dibackstage bersama dengan Mom Pattie dan juga Zelena.
Carrol hanya bercakap-cakap dengan Mom Pattie tanpa menganggap keberadaan pacar dari idolanya itu, bagi Carrol mengajaknya ngobrol juga bukanlah hal yang penting!
Finally, setelah 1 ½ jam memuaskan hati para belibers, Justin pun mengakhiri konsernya.
Ia pulang menuju hotel dengan langkah yang tergesa-gesa.
“Justin tunggu aku! Aku masih ingin berbincang-bincang denganmu! Aku sangat mencintaimu Justin!” teriaknya tanpa ada rasa malu.
Carrol ingin menahannya namun Justin nampak tidak mengindahkan seruannya itu. Mungkin ia sangat kelelahan.
“Justin kau tega sekali! Aku kan beliber sejati.. Aku sayang padamu Justin! Justin listen to me please....!” pekiknya lagi, kali ini dengan nada yang parau.
Justin menghentikan langkahnya lalu berbalik kearah Carrol, “Maafkan aku shawty, aku buru-buru dan semoga kita bisa bertemu lagi dilain waktu..” tuturnya seraya memeluk Carrol cepat. Carrol sedikit tersenyum, tapi itu tidak lama. Karena setelah 3 detik Justin memeluk Carrol, ia langsung pergi meninggalkannya dengan menggandeng lengan Zelena.
Carrol sakit hati melihatnya. Namun bagaimana lagi? Zelena kan kekasihnya Justin! Ada hak apa ia melarangnya?
Mobil range rover yang dikemudikan oleh Kenny itu pun melaju meninggalkan area gedung Music Star.
Carrol masih diam terpaku disana. Hingga akhirnya beberapa wartawan menghampirinya dan berusaha mewawancarainya. Menanyakan bagaimana awal mulanya hingga Carrol terpilih menjadi One Less Lonely Girl nya New York? Dan bagaimana perasaannya ketika Justin memeluk dan mencium pipinya? Carrol tersenyum lantas menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas.

***

“Aku belum puas!” keluh Carrol ketika ia sudah sampai diapartemennya Lenka.
Wanita itu terus menyalami tangan Carrol untuk memberi ucapan selamat. Dimatanya Carrol adalah gadis yang sangat, sangat, dan sangaaaat beruntung!
Tapi menurut Carrol yang tadi itu hanyalah secuil dari impiannya. Carrol tetap berambisi untuk menjadi kekasih Justin.
“Apa yang kurang?”
“Aku tidak hanya mengaguminya Len, tapi aku juga mencintainya.. Aku sangat benci dan muak melihatnya bergandengan tangan dengan Zelena!” Carrol menghempaskan bokongnya dikursi ruang makan. Nafasnya semakin memburu disaat ia mengingat bayangan Zelena yang selalu tersenyum angkuh. Memamerkan kedekatannya dengan Justin Bieber.
“Jadi apa maumu sekarang?”
“Aku ingin melakukan pendekatan dengannya! Setidaknya dimulai dari teman..”
Lenka mengernyitkan dahi, sepertinya ia sangat ingin membantu Carrol untuk dekat dengan Justin. Tapi bagaimana caranya? Cukup lama Lenka ber-hardthink ria hingga akhirnya... `Tringggg!` ia teringat sesuatu. Lebih tepatnya lagi ia teringat dengan teman satu sekolahnya yang bernama Cedrella.
“What's wrong with Cedrella?” tanya Carrol ketika Lenka menyebutkan nama sahabatnya itu.
“Dia teman baikku disekolah, dan dia kekasihnya Adam Lambart..”
“Adam Lambart yang penyanyi itu?” sambar Carrol memotong ucapan Lenka.
“Yups, tidak salah lagi!”
“Lalu apa hubungannya dengan Justin?” tanyanya lagi, masih belum mengerti dengan arah pembicaraan Lenka.
Lenka tersenyum misterius sembari beranjak mendekati kulkas.
Mengeluarkan sebotol air dingin lalu menuangkannya kedalam gelas kaca yang tinggi.
“Akan ku jelaskan nanti. Sekarang lebih baik kau minum dulu air ini.”
Gelas kaca itu pun ditaruh Lenka dihadapan Carrol yang masih terlihat diam tak berkutik. “Tahukah kau? Wajahmu tampak menakutkan jika sedang bernafsu seperti itu..” lanjutnya sedikit menggoda Carrol. Carrol melengos, lantas menumpahkan seluruh isi air dingin itu kedalam mulutnya.

Semenjak malam konser Justin Bieber diadakan, Carrol mendadak sedikit terkenal.
Besok paginya foto-fotonya dengan Justin beredar di internet. Dan setiap berita infotaiment mengenai konser Justin Bieber pun selalu menayangkan sedikit cuplikan wawancaranya yang ditanyai tentang “One Less Lonely Girl”, si gadis beruntung dimalam tersebut.
Tidak ketinggalan followers ditwitter Carrol pun menanjak hanya dalam hitungan jam, yah sedikitnya 10.000 orang yang mem-follow twitternya.
Semua memberikan selamat, tapi tidak sedikit yang menghujat takdirnya itu.
Carrol tidak mau ambil pusing, dan membiarkan saja mereka berpendapat apapun tentangnya.

***

Hari ini Carrol nampak sibuk sekali.
Lenka mengajaknya kesebuah acara.
Ternyata ini ada hubungannya dengan ucapan Lenka tempo hari.
Adam Lambart! Yah kekasihnya Cedrella itu tengah mengadakan meet & greet di Kota New York, dan ia mengundang Justin Bieber sebagi top guest nya.
Carrol tentu saja tidak menolak. Diacaranya tidak akan ada beliber yang datang, kecuali dirinya dan Lenka.
Sebenarnya yang hadir diacara itu hanyalah orang-orang tertentu. Khusus untuk fans yang sudah kenal dekat dengan Adam Lambart saja, dan berhubung Cedrella adalah teman karibnya Lenka maka semuanya bisa diatur dengan semudah ini.
“Lenka aku risih memakai gaun ini! Apakah tidak ada gaun mu yang berlengan?” gerutu Carrol sembari memandangi pantulan dirinya didepan cermin.
Dengan gaun panjang tanpa lengan itu Carrol terlihat seksi sekali. Apalagi jika melihat belahan dadanya yang rendah. Gaun itu seolah-olah mencetak tubuhnya dengan begitu sempurna.
“Ada sih, tapi aku rasa kau lebih terlihat seksi jika mengenakan gaun itu. Bukankah Justin menyukai wanita yang bertubuh seksi? Katanya kau ingin menjadi kekasihnya Justin? Bagaimana sih kau ini!”
Carrol melengos dengan bibir yang mengerucut.
“Yah aku tau itu. Tapi menurutku seksi itu tidak harus memakai pakaian terbuka kan? Contohnya mataku hidungku, bibirku, kata orang-orang sih seksi.. Padahal mereka tidak memakai bikini ataupun kaos ketat!” cetus Carrol dengan PD-nya. Padahal kalimatnya itu terdengar gaje sekali ditelinga Lenka.
Lenka hanya tersenyum kecil. Kakinya bergerak menuju lemari gaunnya yang terbuat dari kayu jati.
Dikeluarkannya sehelai mini dress berwarna ungu muda yang sedikit berenda dibagian dada.
Ia menyuruh Carrol untuk mengenakannya dan ternyata mini dress itu sangat terlihat manis dan mungil ditubuh Carrol.
Setidaknya masih berlengan, yah walaupun itu pendek.
“Nah begini kan lebih bagus!” serunya sedikit puas.

Carrol dan Lenka pergi ke Hotel Rivendell`s dengan menumpangi mobil Chris.
Dilobby hotel semua sudah nampak berkumpul.
Ruangan itu telah disulap menjadi sebuah istana kecil, dengan dekorasi yang terlihat sangat indah dan megah.
Tamu yang diundang pun hanya sedikit. Sekitar 30-an orang termasuk Carrol, Lenka, Adam, Chris, Cedrella, dan juga Justin.
Walaupun semua pria yang hadir mengenakan tuxedo tapi itu tidak membuat Carrol kesusahan untuk mencari Justin.
Diantara pria yang hadir dia nampak mencolok dengan rambut mangkoknya.
“Tuh apa aku bilang? Kau mirip dengan Justin! Tapi sepertinya sekarang sudah tidak.. Karena Justin memangkas sedikit rambutnya Chris..” bisik Carrol pada Chris.
Chris mendengus agak kesal, “Peduli? Bagus lagi! Aku lebih senang melihatnya dengan rambut seperti itu..” balas Chris dengan nada bad mood. Dia memang tidak suka jika harus dibanding-bandingkan dengan pria lain.
“Hei kau apakan pacarku? Kenapa wajahnya mendadak kusut?” celetuk Lenka menghampiri Carrol dan juga Chris. Yang ditanya hanya terkekeh geli lalu bergumam dengan pelan. “Tidak, aku hanya menggodanya sedikit..”
Tidak lama setelah itu Adam dan Cedrella pun ikut bergabung bersama mereka.
Ternyata Adam Lambart sangat terlihat tampan jika dipandang dari jarak yang dekat. Tampak klop ketika dipasangkan dengan Cedrella yang amat cantik. Bisa dibilang mereka adalah pasangan serasi seperti Justin dan........? Carrol tentunya!
“Hei guys.. Ayo bergabung bersama kami! Nikmati meet & greet yang kuadakan kali ini..” ajak Adam ramah.
“Yah tak usah malu-malu..” tambah Cedrella mengumbarkan senyum manisnya. Kedua lesung dipipinya mengingatkan Carrol pada Khat! Hmm, apa kabarnya gadis itu yah?

Musik mengalun dengan indah, disaat Adam menghibur para tamu yang hadir dengan suara merdunya.
Carrol yang tidak begitu menyukai lagu-lagu dari Adam Lambart memilih untuk menyibukkan diri sendiri.
Sambil mengoyang-goyangkan kepala, jari telunjuknya pun mengetuk-ngetuk meja, yah seolah-olah ia menikmatinya. Padahal Carrol sedikit bosan dengan suasana seperti ini.
Tiba-tiba matanya menangkap sosok Justin yang tengah bersantai disebuah meja disudut ruangan, tanpa ditemani siapapun termasuk Zelena. Hemph! Kenapa Justin tidak mengajaknya? Biasanya wanita itu selalu menguntit dibelakang Justin! Pikirnya dalam hati.
“Hai Mr. Bieber?” sapa Carrol ramah.
Justin tersenyum lalu mengerutkan kening. Nampak berpikir keras ketika melihat wajah gadis yang ada didepannya. Berusaha meneliti, seperti-kenal-tapi-siapa-yah? Begitulah arti dari tatapan mata Justin.
Carrol tersenyum lantas terduduk dihadapan Justin.
“Aku yang tadi malam menjadi one less lonely girl dikonsermu..” ucap Carrol mengingatkan.
Justin menepuk pelan jidatnya, “Ahya, sorry I'm forget..”
“Never mind! Emmm.... Kau sendirian disini? Mana Zelena?”
“Yah, dia lagi sibuk hari ini.” jawab Justin seadanya.
Carrol ber-oh pelan. Dalam hati ia sangat senang sekali, itu artinya Carrol bisa memulai aksi pendekatannya pada Justin. Yah, semua harus dilakukan perlahan-lahan dimulai dari teman!
“Bolehkah aku mengenalmu?” tanya Carrol tiba-tiba. Justin sedikit confused dengan pertanyaannya itu, tapi sedetik kemudian dia pun mengangguk cepat.
“Yah, of course! Introduce, my name is Justin Drew Bieber. Pria terkeren, tertampan, dan terromantis diabad ini. Pria muda satu-satunya yang sanggup membuat hati para gadis cenat-cenut, cekat-cekot, dan kempat-kempot. Baik hati, ramah, sensitif, anak mami dan sayang dengan beliber! Errrrr.... Tapi bukankah kau sudah tahu itu yah?” cerocos Justin tanpa titik dan koma.
Carrol hanya tertawa kecil lalu meralat permintaannya itu dengan kalimat yang lebih jelas.
“Bukan begitu Justin. Aku sudah tau itu dari dulu. Anyway, Beliber mana sih yang tidak tahu kalau nama idola nya adalah Justin Drew Bieber? Sepertinya hanya beliber bodoh! Maksudku, kau belum tahu nama ku kan? Apakah kau tidak ingin menanyakannya?” jelasnya panjang lebar.
Justin mengangguk paham. Dia baru menyadari bahwa gadis dihadapannya ini sudah pernah dipeluk bahkan diciumnya, tetapi sampai sekarang dia belum tahu siapa namanya? Dengan senyum yang mengembang Justin pun menanyakan nama panjang Carrol. “What's your name?”
“My name is Carrol Bowling.. Aku jauh-jauh datang ke New York hanya untuk menyaksikan konsermu Justin! Aku sangat mengagumimu.. Padahal didesa Ibu ku sangat membutuhkanku dan kalau dia tahu aku ke New York seorang diri, dia pasti akan memarahiku. Tapi aku tak mau memikirkannya, karena semua ini aku lakukan hanya untukmu Justin. Aku fans beratmu!” Carrol menceritakan semuanya tanpa diminta. Justin mulai terenyuh mendengarkan cerita salah satu fansnya itu. Ditariknya kursi yang ia duduki untuk lebih mendekat kearah Carrol. Posisi mereka yang semula berhadap-hadapan sekarang menjadi saling bersisian.
“Memangnya kau menetap dimana?” tanya Justin lembut.
“Rumahku di Los Angeles tepatnya lagi didesa RainVill..”
“Wah, so far away ternyata! Aku belum pernah mendengarnya.. Someday bolehkah aku mengunjungi desamu itu? Dan kau harus menjadi guide-nya selama aku disana!”
Mata Carrol melebar. Ia tak menyangka Justin akan seantusias ini mendengarkan ceritanya. Tanpa basa-basi lagi Carrol pun menyanggupi permintaannya.
“Tentu saja Justin! Aku akan membawamu keliling RainVill dan aku pastikan kau tidak akan menyesal mengunjunginya..”
Carrol dan Justin sama-sama tersenyum lebar. Baru kali ini Carrol melihat Justin tersenyum lepas seperti ini! Ternyata senyumnya Justin akan terlihat lebih manis jika dipandang dari jarak sedekat ini.
Carrol terpana, terpukau, dan terkesima menatap makhluk ciptaan Tuhan yang ada dihadapannya sekarang.
Justin sendiri merasa aneh dengan sikap Carrol yang berbeda dari beliber kebanyakan. Carrol tampak lebih tenang dari mereka, walaupun terkadang ia juga bisa meledak-ledak.
“Ehm, tahukah kau? Setelah lama aku menantikannya, baru kali ini aku bisa berbicara normal dengan para fans ku..” gumam Justin lirih.
Carrol mendelik, kedua alisnya saling bertautan satu sama lain. Belum sempat ia menyahut, Justin lebih dulu melanjutkan kalimatnya.
“Selama ini mereka selalu berteriak, menjerit, memekik histeris bila sedang berhadapan denganku. Entahlah, aku juga heran. Sebenarnya mereka itu menganggapku apa? Mereka terlalu berlebihan dalam memujiku. But, aku menganggap mereka itu bukan memujiku, melainkan memujaku. Padahal aku lebih senang dipuji daripada dipuja. Apakah kau tahu? Menurutku dipuji dan dipuja itu memiliki 2 artian yang berbeda, dan masih menurutku lagi yang harusnya dipuja itu adalah Tuhan, tidak ada yang pantas kecuali Dia..”
Justin menghela napas sejenak dan Carrol masih setia mendengarkannya.
“Selain itu teriakkan mereka suka membuat telingaku sakit. Kalau sampai aku tuli mereka juga kan yang rugi?” keluhnya seraya meraih gelas kecil yang berisikan anggur merah dihadapannya lalu meneguknya sampai tak bersisa barang setetes.
“Justin mereka itu sangat menyayangimu. Seharusnya kau bersyukur disayangi seperti itu oleh ribuan, jutaan, bahkan miliaran wanita.. Why don't you glad?” sela Carrol berpendapat.
Justin tersenyum tipis. Diletakkannya gelas kosong itu kembali keatas meja, “Senang kok! Aku senang jika mendengar namaku diteriakkan oleh para fansku. Tapi aku akan lebih senang jika mereka berbicara denganku seperti berbicara dengan sesama manusia pada umumnya. Yah, seperti teman. Santai dan tidak ada teriakan!”
Carrol hanya mengangkat bahu sebagai respon untuk uneg-uneg yang masih dikeluarkan Justin.
“Dan satu lagi! Kenapa setiap bertatap muka denganku mereka menangis bak orang yang kesurupan? Bukankah seharusnya mereka senang? Kenapa malah menangis? Aneh!”
“Dasar bodoh! Kan aku sudah mengatakannya tadi, bahwa mereka itu mengagumi, menyayangi, bahkan mencintaimu Justin! Mungkin perasaan yang mereka miliki sudah sangat besar, oleh sebab itu mereka pun menangis..”
“Kau yang bodoh! Seharusnya kalau mereka benar-benar mengagumiku, mereka tahu dan mengerti dengan sifat-sifat yang kumiliki! Aku ini sensitif Carr, jika mereka menangis maka aku juga akan ikut menangis. Aku lebih senang melihat mereka tersenyum, tertawa bahagia melihatku. Aku berharap semoga suatu saat nanti aku bisa mengadakan konser akbar yang dihadiri oleh beliber diseluruh dunia tanpa adanya banjir air mata seperti konserku yang sudah-sudah..”
“Konsermu itu tiketnya sangat mahal! Memangnya kau pikir semua beliber itu adalah orang kaya apa? Tidak sedikit diantara mereka yang kurang mampu Justin. Mana sanggup mereka membeli tiket konsermu itu! Dasar bodoh..!” sungut Carrol dengan nada yang sewot. Setidaknya ia hanya ingin mengungkapkan rintihan kecil dari para beliber didunia yang kurang mampu dalam masalah finansial. Termasuk dirinya.
“Aku tidak akan memungut sepeser pun dari mereka, dan ini akan menjadi konser pertamaku yang gratis! Yah gratis Carry, tidak dipungut biaya sama sekali. Ini mimpiku, semoga suatu saat nanti aku bisa mewujudkannya..”
“Yah semoga saja. Tapi apa kau yakin? Kalau aku pribadi sih tidak yakin!” gumam Carrol pelan.
Ia masih saja berdebat dengan Justin, hingga akhirnya mereka sama-sama lelah dan terdiam.
Sementara itu diatas panggung mininya Adam masih setia mendendangkan lagu-lagunya yang selama ini sukses menembus pasaran musik didunia.
Carrol terus mengedarkan pandangan kesudut lobby, hingga dari jauh nampaklah Lenka yang tengah mengobrol santai dengan Cedrella.
Carrol tersenyum kecil melihatnya. Bersamaan dengan itu Justin pun kembali memecah keheningan, “Baru kau satu-satunya beliber yang tidak menangis ketika bertemu denganku.. Baru kau satu-satunya beliber yang tidak berteriak histeris saat mengobrol denganku.. Kau memang benar-benar beliber different!”
Carrol tersenyum kecut mendengarnya. Dalam hati ia menggeleng lemah. Apa yang dikatakan Justin tidak benar.
Sejujurnya Carrol tak ada bedanya dengan para belibers itu, mereka SAMA. Yaitu sama-sama berambisi untuk memiliki Justin sepenuhnya, seutuhnya.
Berharap Justin akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Dan satu kata untuk harapannya itu adalah impossible! Kalaupun iya kemungkinannya juga sangat kecil.
Ah, sudahlah. Biarkan Justin berpikiran seperti itu terhadapnya. Bukankah itu hal yang bagus? Setidaknya Carrol memiliki nilai plus dimata Justin! Yah, walaupun itu hanyalah diantara beliber.
“Justin, kapan hubunganmu dengan Zelena akan berakhir?”
Antara sadar dan tidak sadar Carrol bergumam dengan nada yang pelan. Sangat pelan, sehingga Justin pun hanya mendengarnya samar-samar.
“What? Apa kau bilang?” kaget Justin membulatkan matanya.
Carrol terperanjat, lalu buru-buru meralat ucapannya tadi, “Ah tidak. My intention is not so, maksudku... Emmm, hubunganmu dengan Zelena ternyata langgeng juga yah?”
Carrol tersenyum tipis, garis melengkung yang terkesan dipaksakan.
`Kapan-putusnya?-padahal-aku-sudah-menantikan-kabar-membahagiakan-itu` sambungnya dalam hati.
Raut wajah Justin berubah menjadi berseri-seri disaat Carrol memuji hubungannya dengan Zelena. Yah, begitulah idolanya, dia akan mendadak semangat jika disinggung masalah itu.
“You're right girl, kami berdua saling mencintai. Terutama aku, aku sangat mencintainya. Dan suatu saat nanti aku pasti akan melamarnya untuk menjadi.......”
“CUKUP..!!” Carrol meronta dalam hati. Rintihan yang tak bersuara namun begitu memilukan. Ia tidak sanggup untuk mendengarkan pengakuan Justin lebih lanjut. Dasar bodoh! Kenapa ia malah memuji hubungan Justin dengan Zelena?! Seharusnya ia tidak perlu mengatakan itu. Mengatakan sebuah kalimat yang justru membuatnya malah sakit hati sendiri.
Carrol pandangi siluet wajahnya yang terpancar jelas disebuah gelas kaca kosong yang ada dihadapannya. Kalau Carrol boleh Ge-Er, wajah yang dianugerahi Tuhan untuknya teramat indah. Cantik, lebih cantik dibandingkan Zelena. Tapi kenapa Justin malah...? Arrrrgggghhhhhh...... Sangking bencinya Carrol dengan makhluk yang bernama Zelena, gelas kaca itu pun ia cengkram dengan sangat kuat. Carrol melakukannya tanpa menyadari bahwa Justin memperhatikannya sejak tadi.
“Hei, kenapa kau tidak mendengarkan ceritaku? Are you okay?” tanya Justin cemas.
Carrol terperanjat kaget, dan dengan cepat melepaskan cengkramannya dari gelas yang tidak berdosa itu.
Masih dengan sedikit gugup Carrol pun menjawab, “I'm fine Biebs, hanya saja kepalaku mendadak migran. Aku ingin pulang sekarang..” ucapnya beralasan seraya meraih tas jinjing miliknya. Setelah itu Carrol pun melangkah pergi tanpa menunggu respon yang diberikan oleh Justin. Lagipula apa lagi yang mesti ditunggu? Toh Justin juga tidak akan mengantarkannya pulang.
Huh...! Carrol menghembuskan napas dengan kasar disaat menengok ke belakang. Rupanya Justin tidak mengindahkan pamitannya tadi. Terbukti bukannya mengejarnya eh pria itu malah asyik mencomot pie blueberry yang dihidangkan diatas meja.
Selangkah...
Dua langkah...
Tiga langkah...
Barulah Justin meneriakkan nama Carrol dengan lantang.
“Hei Carry! Tunggu aku!”
Refleks Carrol pun menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh ke belakang.
Sampai bunyi derap sepatu itu semakin mendekat barulah Carrol membalikkan badannya.
“What's up Biebs?” tanya Carrol ketika Justin sudah ada dihadapannya.
“Mau aku antar?”
Carrol menggeleng. Bukan, bukannya tidak mau, tapi Carrol keburu bad mood mendengar ucapan Justin yang menurutnya adalah sebuah tawaran dan bukanlah ajakan.
Bagaimanapun, Carrol lebih senang jika Justin mengajaknya bukan menawarkannya tumpangan.
“Terima kasih, tak perlu repot-repot Justin! Aku akan pulang bersama temanku..” tolak Carrol halus, telunjuknya mengacung kearah Lenka yang masih asyik mengobrol dengan Cedrella.
Justin mengangguk paham. Mungkin Carrol ingin cepat-cepat pulang sementara dia mengemudikan mobil dengan sangat pelan.
Untuk yang kesekian kalinya keheningan menyelimuti mereka berdua.
Entah mengapa saat ini Carrol enggan beranjak dari hadapan Justin, begitu juga dengan idolanya itu. Dia masih setia berdiri didepan Carrol dengan senyum yang mengembang.
“Tidak jadi pulang?” tanya Justin mengagetkan Carrol.
Carrol melemparkan sepotong senyum, “Kita berteman kan Justin?” ucapnya tanpa menghiraukan pertanyaan dari Justin.
Justin mendelik, kedua alisnya saling bertautan satu sama lain. Pertanyaan itu terdengar aneh ditelinganya, tapi toh akhirnya dia mengangguk dengan pasti.
“Tentu saja Carr, our friends forever..”
“Kalau begitu apakah ada nomermu yang bisa aku hubungi?”
“Bagaimana kalau aku saja yang menghubungimu? Berapa nomer teleponmu?”
Justin mengeluarkan ponsel pribadi miliknya lalu menyalin sejumlah angka yang tengah Carrol sebutkan.
Setelah selesai Justin pun kembali menyimpan ponselnya itu kedalam saku celananya.
“Tenang saja, aku pasti menghubungimu nanti..” ucapnya sedikit berjanji.
Sontak Carrol pun memeluk Justin dengan begitu erat.
“Aku mencintaimu Justin..” bisiknya dalam hati. Pengakuan itu hanya Tuhan dan Carrol yang bisa mendengarnya. Justin? Entahlah. Seharusnya jika dia pria yang peka, dia bisa mendengar itu dari degup jantung Carrol yang berdetak dengan kencang.
Bersamaan dengan itu, setetes air bening pun meleleh dengan mulusnya dipipi Carrol.
Tidak ada yang mengharukan, hanya saja ia ingin menangis saat ini.
Sebelum Justin melihatnya, dengan cepat Carrol seka air mata itu. Air mata kepedihan yang menggambarkan isi hati Carrol yang sebenarnya kepada Justin.
Setelah puas membenamkan wajahnya didada Justin yang bidang, Carrol pun melepaskannya dengan lembut. “Eh maafkan aku.. Aku hanya takut jika kita tidak akan bertemu lagi setelah ini. Maafkan aku Justin, aku tidak bermaksud untuk-------”
“Never mind, pelukan yang kau berikan bukanlah suatu masalah untukku. Kita kan teman..”
Lagi-lagi Carrol menyunggingkan senyuman kecut.
Kata-kata `Teman` yang diucapkan oleh Justin bagaikan pedang tajam yang baru diasah.
Hanya 5 huruf atau 1 kata, dan jika Justin yang mengucapkannya pada Carrol akan terasa sakit dan pedih ketika didengar.
Mengharap kasih yang tak sampai itulah Carrol. Berharap lebih tetapi Justin hanya menganggapnya sebagai teman.
“Nice to meet you Justin..” pamit Carrol melenggang santai keluar dari area lobby hotel disusul oleh Lenka yang memasang tampang stupid karena melihat tingkah aneh sahabat barunya itu hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar