Pura Pura Cinta

Minggu, 13 November 2011

_Did You Know? Ini Isi <3 Ku_


Ini ceritaku. Cerita yang kupersembahkan untukmu.
Bukan dia atau mereka, tetapi kamu.
Karena hanya kamulah sumber inspirasiku.

With Love,

^Clara Millane^


***


Ketika aku benar-benar mencintai seseorang, maka aku akan malu untuk mengungkapkannya.

Dan disaat malu itu menguasai perasaanku, maka aku lebih memilih untuk menyembunyikan cinta itu.

Menyimpan dan menjaganya seorang diri tanpa harus orang lain ketahui.

.........

Secret admirer? Hoh! Entah sampai kapan aku harus menjadi pengagum rahasiamu. Terhitung sudah 4 tahun aku menjadi penguntit yang selalu ingin tahu kegiatanmu. Ingin tahu kebiasaanmu setiap hari, selalu ingin menjadi orang pertama yang tahu info ter-update tentang dirimu. Yah, aku bagaikan paparazzi, dan kau adalah artisnya.

Ah, sebenarnya bukan begitu! Yang benar aku mencintaimu tetapi aku malu untuk mengungkapkannya. Oleh sebab itu, aku hanya menjadi pengagum rahasiamu. Gadis pengecut yang hanya bisa memujamu dibelakang. Salahkah aku? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Karena ku rasa tak sedikit gadis pemalu yang memilih untuk mengambil langkah yang sama denganku. Yah, penguntit!

Hingga hari ini, menjadi screet admirer-mu pun masih kulakukan.
Disaat kau tengah bersenda-gurau disamping kelas bersama teman-temanmu, aku bersender di salah satu tembok. Sengaja bersembunyi agar kau tak melihatku.
Samar-samar kudengar percakapan yang terjadi di antara kau dan teman-temanmu.

Jadi sekarang kamu jomblo nih Ka?
Ya gitu deh!
Bukannya kamu sama Dea lagi PDKT yah? Kenapa nggak jadian ama dia aja?
Apaan sih?!

Kamu langsung mengelak, membuat teman-temanmu seketika menyatu dalam tawa.
Dea? Dalam hati aku pun bertanya-tanya. Mencoba menerka-nerka seperti apa wajah perempuan yang bernama Dea itu? Apakah parasnya lebih cantik dariku? Sejenak aku merasa was-was. Harus menunggu berapa Dea lagi agar aku bisa memilikimu?

Udahlah Ka, jujur aja. Kita denger si Dea suka tuh sama kamu!
Ck! Dibilangin enggak juga. Lagian siapa sih yang mau sama cowok kayak aku? Jelek gini kok! Nggak ada cakep-cakepnya.

Lagi-lagi kamu mencoba untuk menepis godaan dari teman-temanmu. Ingin rasanya aku berteriak, buka mata, telinga, hati dan pikiranmu, coba peka sedikit saja kamu pasti tahu kalau disini ada aku yang selalu mencintaimu.
Namun, rasanya sulit. Gadis pemalu sepertiku mustahil untuk mengungkapkan itu. Gadis pemalu sepertiku lebih memilih untuk tersiksa menahan cinta, daripada tersiksa menanggung malu. Karena yang aku tahu, gadis pemalu sepertiku selalu merasa bahwa cintanya pasti akan bertepuk sebelah tangan. Ia tidak mempunyai keoptimisan dalam masalah perasaan. Yah, gadis pemalu itulah aku.

***

Dan ketika cinta mulai membuka hati, memberi kesempatan padaku untuk masuk dan menelusuri, niatku malah terhalang oleh gengsi.

Gengsi rasanya jika bibir ini harus tersenyum padamu.

Gengsi rasanya jika mata ini harus menatap matamu.

Gengsi rasanya jika mulut ini harus mengajak bicara dirimu.

..........

Azka, nama yang sederhana sesederhana orangnya. Kamu bukanlah makhluk terindah yang diciptakan oleh Tuhan dan kamu juga bukan makhluk terbaik yang ada dimuka bumi ini. Kamu hanya pemuda biasa, just ordinary man.
Kamu bukanlah ketua osis yang disegani para murid.
Kamu juga bukan kapten basket yang dielu-elukan para gadis.
Dan bukan pula bintang sekolah yang selalu dipuja-puja banyak hawa. Justru kamu tergolong pemuda yang kuper, kurang terkenal. Dan mungkin, didunia ini hanya aku gadis yang menaruh perasaan lebih terhadapmu. Bukan rasa suka biasa, melainkan cinta.

Apakah kau tahu? 4 tahun memendam perasaan dilubuk hati yang terdalam itu bukanlah perkara yang mudah.
Apakah kau bisa merasakan, betapa perihnya hatiku yang tersayat ketika melihat kau dekat dengan yang lain? Dalam diam ingin rasanya kukatakan bahwa disini ada aku yang cemburu melihatnya. Namun, aku tidak punya hak untuk berkata seperti itu. Karena kenyataan menyadarkanku bahwa aku bukanlah milikmu.
Dan apakah kau tahu bagaimana rasanya membohongi perasaan? Membohongi hatimu yang jelas-jelas selalu berkata jujur dan apa adanya? Sakit, itulah yang kurasakan.
Disaat banyak orang mencoba untuk menebak, menerka-nerka isi hatiku, lalu dengan angkuhnya aku malah berkata Tidak!. Menepis kenyataan cinta yang secara terang-terangan telah membingkai indah dinding dihatiku.

Kalau nggak salah nebak nih ya, aku lihat kamu suka merhatiin Azka yah Ra? Kamu naksir? teguran halus Syafa teman satu mejaku berhasil membuatku dengan segera menoleh kearahnya. Tegurannya seakan menyentilku agar tidak lagi menatapmu dalam durasi yang lama. Yah, tentunya itu harus kulakukan jika aku tidak ingin rahasia hatiku terbongkar.

Eh, enggak kok! Aku lagi mandangin kupu-kupu yang terbang. Kebetulan aja terbangnya didekat Azka. sangkalku dengan nada yang setenang mungkin. Aku tidak ingin terlihat gugup! Kalau aku gugup, yang ada Syafa akan semakin curiga padaku.
Ah masa sih? Yang bener? Bilang iya juga nggak apa-apa kok, Ra. goda Syafa menjawil daguku. Lalu, dengan cepat aku menepis tangannya. Dih, apa banget deh Fa?! seruku seraya berlalu pergi.

Hah! Aku tidak suka digoda-goda seperti itu. Bukannya apa sih, tapi seisi sekolahan mengenalku sebagai wanita yang jarang atau bahkan tidak pernah terlihat akrab dengan lelaki. Coba kau pikir, mengakrabkan diri saja susah apalagi menaruh rasa suka! Iya kan? Dan aku tidak ingin imageku hancur hanya karena Syafa mengetahui prihal aku yang menyukaimu. Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Namun sialnya, ketika aku ingin keluar dari kelas, aku justru berpapasan denganmu. Ah, bukan! Bukan sekedar berpapasan tapi kau juga menabrak bahuku. Cukup keras, sampai-sampai untuk menopang tubuhku, aku harus berpegangan erat dengan bingkai pintu.

Eh, maaf Ra maaf. katamu panik.
Oh iya, nggak apa-apa kok. jawabku pelan dengan wajah menunduk. Aku tidak ingin menatap matamu, karena aku takut kau bisa membaca apa yang selama ini tertulis dihatiku.

Beneran nggak apa-apa nih? tanyamu lagi, kali ini kau mengatakannya sambil memegang pergelangan tanganku. Kontan aku pun mendongak, tatapan kita bertemu secara tak sengaja. Sebuah tatapan yang mengakibatkan jantungku memompa lebih cepat! Eunggg~ tak hanya itu, bahkan tatapan tersebut juga membuat hatiku berdesir hebat.
Aku gugup, tapi tak dapat kupungkiri hatiku juga.........senang? Of course!
Senang rasanya bila aku bisa menatapmu dari jarak sedekat ini.
Senang rasanya bila tangan ini dapat menyentuhmu.
Senang rasanya bila aku bisa menampakkan diri didepanmu tanpa harus bersembunyi. Yah, rasanya begitu menggelitik.
Lalu, disaat seisi kelas meneriakkan kata ciee-ciee untuk kita berdua aku pun tersadar.

Apaan sih?! seruku seraya melepaskan peganganmu dari tanganku dengan cepat. Buru-buru aku membuang muka lalu melangkah pergi, meninggalkan kelas yang ramai menyoraki kita berdua.

Dia aneh ya, Dan samar-samar aku juga bisa mendengar kamu yang mengucapkan kata itu.
Hei! Aku sudah bilang kan?! Aku tidak suka dijadikan bahan ledekan! Aku tidak suka mendengar kata Cieee-Cieee atau apapun itu yang sama jenisnya. Aku, aku, aku.......malu?

Tiba disalah satu lorong, ku hentikan langkah kakiku. Tahukah kamu? Diam-diam aku tersenyum, mengingat apa yang baru saja terjadi diantara kita berdua. Berada didekatmu rasanya bagai mimpi, mimpi yang takkan pernah bisa kulupakan.

***

Lalu, ketika cinta perlahan-lahan pergi dengan pilihannya, aku pun terdiam.

Bibir ini kelu,

Lidah ini beku,

Menangis pun rasanya aku tak mampu.

Aku menyesal, sungguh! Amat sangat menyesal.

............

Setelah peristiwa indah itu terjadi, aku pikir itu adalah awal dari berkembangnya perasaan, tapi ternyata justru itu adalah saat dimana aku harus memusnahkan rasa yang pernah ada.
Kau sudah bersama dengannya? Well, jika benar adanya, mau tidak mau aku pun harus mengubur hidup-hidup cinta yang belum sempat terwujud dalam sebuah ikatan ini.
Awalnya aku pikir berita itu hoax, hanya sekedar gosip sampah yang unquality. Tapi kenyataan berkata lain! Dia bilang, hatimu memang telah dicuri seorang dewi.

Doi main gitar dipandangin, doi main bakset ditontonin. Cieeeee~ yang tiap hari tiap menit tiap detik merhatiin Azka!

Sejenak aku menghirup udara bebas, lalu melepaskannya dengan berat. Aku memang senang menyaksikan pertandingan basket, dan aku juga suka mendengar bunyi petikan gitar! Apa itu salah? Apa itu dosa? Ini semua hanya kebetulan. Yah, kebetulan saja apa yang kuinginkan semuanya ada di kamu. Kuakui, kau adalah tipe kekasih idamanku.

Udah ya Fa, cukup. Aku minta mulai dari sekarang kamu berhenti deh godain aku. jawabku, kalem. Sengaja, karena kulihat suasana disekitar lapangan basket, siang ini lumayan ramai. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian hanya karena aku yang tidak suka mendengar kata Cie-Cie keluar dari mulut sahabatku itu.
Dari ujung mataku, kulihat Syafa yang terkekeh ringan. Entah apa maksudnya, yang jelas ekspresinya benar-benar membuatku muak!

Ahahahaaa~ selaw aje, Ra. Janji deh ini untuk yang terakhir kalinya aku godain kamu ama Azka. Besok nggak lagi-lagi deh, swear! ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

Terbengong-bengong aku menoleh ke arahnya. Tumben nih anak satu bisa dikasih tahu!

Kamu tahu nggak Ra? Doi kan udah resmi jadian ama Dea, maka dari itu aku nggak mau lagi ngeledekin kamu. Nggak percaya? Coba deh kamu lihat tuh! Syafa menunjuk ke tengah-tengah lapangan. Kuikuti arah telunjuknya, dan nampaklah sosokmu yang tengah menenggak sebotol air mineral. Disisimu, aku lihat sosok Dea yang dengan penuh perhatiannya menyeka bulir-bulir keringat didahimu. So sweet!

Tanpa sadar, ku cengkram kuat tepian bangku kayu yang kududuki.
Rasanya lumayan sakit, sih. Bohong jika aku bilang tidak! Kuakui aku cemburu. Tapi, lagi-lagi rasa gengsi berhasil menutupi itu semua.

Sambil tersenyum miring aku pun berujar, Who cares? Justru bagus lagi! ucapku, cuek. Sungguh, tanggapan yang kuberikan sangat kontras perbedaannya jika dibandingkan dengan keadaan hatiku saat ini.
Diluar aku memang terlihat masa bodo, bersikap seakan-akan ini bukanlah urusanku. Namun didalam, berita ini bagaikan gempa! Gempa yang menggguncang hatiku hingga nyaris membuatnya hancur berkeping-keping.

Kupandangi lagi dirimu dengan dirinya, dan sesaat aku pun termangu. Jadi, Dea yang teman-temanmu maksud kemarin, Dea yang anak kelas sebelah itu? Hoh! Ternyata, sang dewi tidak seistimewa yang aku pikir.
Dia tidak lebih cantik dariku,
Dia tidak lebih baik dariku,
Dan dia juga tidak lebih membanggakan dariku!
Oh, okay, aku lupa. Ada satu hal yang membuatku iri padanya, yakni dalam masalah percintaan dia jauh lebih BERUNTUNG daripada aku. Yeah, just it! Dia beruntung bisa memilikimu. Sedangkan aku? Untuk yang kesekian kalinya aku harus rela bersabar didalam penyesalan. Memberikan pertambahan waktu bagi hatiku untuk bersembunyi lebih lama lagi, yang itu artinya aku mesti bersikap seakan-akan tidak pernah merasakan cinta. Benar-benar gadis yang malang!

***

Sayangnya cinta itu tak dapat sirna, walaupun ku tahu kini kau telah bersamanya.

Aku tersiksa, jiwa ini merana.

Akan tetapi aku masih malu untuk mengakuinya.

Disaat itulah hati kecilku berbisik, jika lisan tak mampu mengatakan, maka tulisanlah yang mengungkapkan.

...........

Finally, ketika kau telah berdua dengannya, haruskah aku membunuh perasaanku dengan cara membencimu? Aku rasa tidak!
Aku mencintaimu secara diam-diam, dan aku juga akan melupakanmu dengan cara yang sama.
Apakah aku sanggup? Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku hanya mengikuti apa kata hatiku, dan hatiku bilang jalani saja hidup ini seperti biasa. Bagaimana kedepannya, biarkan waktu yang menjawabnya nanti.

Kini,  setahun sudah berlalu dan cinta itu masih terasa. Hoh! Sebenarnya aku lelah. Sampai kapan aku harus menjadi seorang gadis yang pengecut? Bahkan terkadang aku menyesal, kenapa aku ditakdirkan mempunyai hati yang terlampau setia? Hati ini tidak mau berpaling, sekalipun untuk seorang arjuna yang jauh lebih indah.
Do you know dear? Selama ini pintu-pintu yang lain terbuka lebar untukku, namun aku malah terpaku disatu pintu yang tertutup rapat, tanpa memberikan sedikit celah agar aku bisa masuk kedalamnya. Apa kau mengerti maksudku? Pintu itu adalah hatimu. Bukan mereka yang aku inginkan, tetapi kamu!

Dalam hati aku berontak.
Dalam sunyi aku berteriak.
Ku tatap selembar kertas putih yang tergeletak pasrah diatas meja, lengkap dengan sebentuk bolpoin dengan tintanya yang merah menyala. Perlahan tanganku pun terulur maju, bergerak untuk mengambilnya.
Kucoba untuk menuliskan isi hati yang selama ini tidak mampu kuungkapkan, dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Hatiku jauh lebih tenang, dan dadaku pun terasa lebih lapang.

Diatas kertas itu kutuliskan sedikit coretan untuk kamu, yang isinya :

Boy.....

Jika kau ingin aku jujur, sekarang juga aku akan memberitahumu.

Mengungkap habis rahasia terbesarku.

Yang akan berbicara mengenai gengsi, cinta terpendam, atau malah keangkuhan hati yang enggan untuk mengaku.

Boy.....

Semua orang juga tahu kalau aku adalah seorang wanita yang naif atau --mungkin-- munafik dalam masalah cinta.

Semua orang juga tahu kalau aku adalah wanita yang sulit untuk mengatakan "I love You" jika sudah jatuh cinta.

Bahkan sebagian dari mereka men-judge bahwa aku wanita abnormal yang tidak butuh akan yang namanya cinta.

Benarkah itu? It's NOT TRUE boy!

Aku dapat mencintai tetapi dengan cara yang berbeda.

Aku akan mengekspresikan cinta itu dengan caraku sendiri, tidak seperti mereka.

Boy.....

Diam bukan berarti tidak suka.

Bergeming bukan berarti tidak cinta.

Dan membisu bukan berarti aku tak punya rasa.

Andai kau bisa merasakan itu, aku mencintaimu lebih dari yang bulan dan bintang ketahui.

Tulus tanpa pamrih, karena meski tak terlihat dan meski tak terjamah olehmu, aku akan tetap menyayangimu setulus hati.

Boy.....

Aku ingin suatu saat nanti engkau melihatku.

Aku ingin engkau sadar bahwa disini ada aku yang selalu memperhatikanmu.

Entah sampai kapan aku harus menunggu? Semua tergantung pada kehendak Tuhan dan kepekaan hatimu.

For my sweetheart,

^Azka^


Kembali kuletakkan bolpoin itu diatas meja. Sementara kertasnya kulipat-lipat, hingga akhirnya membentuk sebuah pesawat terbang.
Diluar angin bertiup dengan kencang, sebelum hujan turun, cepat-cepat kuhampiri jendela kamarku dengan membawa serta kertas yang berisi coretan untukmu tadi.
Perlahan-lahan kubuka jendelanya, lalu dalam hitungan ketiga kuterbangkan kertasnya.
Untunglah kamarku terletak dilantai dua, sehingga dapat sedikit membantuku untuk menerbangkan kertas itu dengan mudah.
Setelah kertasnya hilang terbawa angin, aku pun memejamkan mata.
Dalam hati aku berdoa, semoga saja angin menyampaikan rasa ini untukmu. Well, kalau memang kau tercipta bukan untukku, aku harap secepatnya rasa ini akan lenyap seperti angin yang dengan mudahnya membawa pergi kertas itu.
Tenang saja, aku tak akan memaksamu untuk menyambut rasa ini. Karena yang kutahu, cinta yang sesungguhnya itu lahir dari hati, dan hadirnya atas kemauan bukan keterpaksaan.




Tanah Grogot, 12 November 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar