MiNia Story
Bag.2
--De’PoFz--
Hari ini kelas X/a hening. Gimana nggak hening coba? Pelajaran matematika ciiingggg..! Siapa sih yang berani mengeluarkan suara? Karena kalo sampai ada yang berisik bisa-bisa penggaris melayang “Ditubuh mulus kita” itu kata Acha si Miss Narsis. Suasana tegang, karena tegang itulah anak-anak jadi nggak konsen menyimak pembelajaran dari Bu Indah. Baru aja ngeluarin buku tulis, tiba-tiba Bu Indah udah main kasih soal aja. Fiuh... Semuanya pun panik, beruntung Bu Indah cuma ngasih tugas karena beliau akan menghadiri rapat diruang guru.
Setelah Bu Indah pergi anak-anak pun mengucap syukur. Lega, serasa baru habis keluar dari jeruji besi ciiinggg.... Lega sih lega, tapi tetep aja tugas didepan mata harus dikerjain. Walopun cuma 10 soal, tapi kalo yang namanya matematika 10 soal itu udah berasa kayak ngerjain 100 soal. Seperti biasa, kalau ada soal yang tidak dimengerti semua murid kelas 10/a pasti mengerubungi meja Olivia dan Rahmi. Tapi mereka hanya bertanya kepada Olivia, bukan Rahmi. Rahmi hanya menjadi bahan cibiran.
“Olivia, gue ngga ngerti nomer 3. Ajarin dong!” pinta seorang siswi.
“Gue juga yah Liv?!” sambung yang lain.
“Itu sama Rahmi, Rahmi juga ngerti kok. Aku lagi bantuin Gita nih” jawab Olivia melirik kearah Rahmi yang duduk disebelahnya. Yah Olivia dan Rahmi itu satu meja.
“Ih ogah deh! Ngapain sih minta ajarin ama orang belagu kayak dia?” ucap seorang siswi mencibir Rahmi.
“Yups, ga penting banget dah!” sambung yang lain. Rahmi tertunduk, menyembunyikan raut sedih diwajahnya. Sementara Olivia memandang iba kepada Rahmi. “Kalian nggak boleh ngomong gitu ah!” tegur Oliv, tapi mereka tidak menghiraukan teguran Oliv. Mereka malah asyik berbisik satu sama lain.
“Kenapa sih selalu aja Olivia?” batin Rahmi memandang iri pada Oliv.
Sementara Acha, Ify, Nova, Agni, dan Via tampak mengerjakan tugas dimeja masing-masing sambil sesekali mengobrol ria. Mereka tidak mengetahui insiden kecil yang terjadi diantara Rahmi dan juga Oliv.
Bel tanda istirahat pun berbunyi, dengan semangat 45 seluruh penghuni kelas 10/a keluar dari kelas. Ada yang menuju kantin, toilet, ruang guru, lapangan basket, perpustakaan, dan sebagainya. Semenjak kejadian dikelas tadi, sikap Rahmi berubah dingin pada Olivia. Olivia pun jadi nggak enak sendiri diperlakukan seperti itu sama Rahmi.
“Ke kantin yuk guys?” ajak Acha yang baru saja selesai merapikan alat tulisnya yang berserakan diatas meja.
“Ayok!” jawab Agni seraya melangkah keluar kelas terlebih dulu. Nova, Ify, dan Via pun mengikuti langkah Agni di belakang.
“Ayok Rahmi kita ke kantin?” ajak Acha lagi,
“Enggak deh Cha. Aku lagi pengen dikelas aja” jawab Rahmi pelan.
Acha menatap Olivia dengan tatapan yang mengandung arti --what's up with Rahmi??-- Olivia menggeleng tanda nggak tau.
“Oh yaudah deh. Yuk Liv kita kekantin” ucap Acha menarik tangan Oliv.
Sesampainya dikantin mereka pun langsung memilih tempat di pojok kantin. Meja yang cukup untuk mereka bertujuh, tapi kali ini hanya berenam karena Rahmi nggak ikut serta dengan mereka.
“Gimana Fy udah dapet belum nomernya Rio?” tanya Acha, Ify menggeleng lemah.
“Lo nggak usaha sih!” tuding Sivia yang baru saja selesai menandaskan semangkuk bola-bola nikmat (bakso.red).
“Ck. Siapa bilang gue nggak usaha? Gue udah usaha tauk! Kemaren gue udah ngemis-ngemis ama si Sion, supaya dia mau ngasih nomernya Rio ke gue. Yah akhirnya sih dia kasih. Gue udah seneng aja tuh waktu tau nomernya Rio. Eh ternyata gue dikerjain! Si Sion bukannya ngasih nomernya Rio malah ngasih nomernya Pak Bejo satpam sekolah kita!” curhat Ify dengan nada kesal setengah mampus.
“Ya ampun ya emak ya tuhan! Sialan banget tuh si Sion! Lo udah ngemis-ngemis gataunya nomer Pak Bejo yang dia kasih? Kampret!” komentar Nova setelah mendengarkan cerita Ify.
“Sini lo temuin gue ama yang namanya Sion Sion itu! Biar dia rasain bogem mentah gue!” kata Agni emosi.. Menyingsing lengan bajunya (mau kerja bakti bu????) dengan tangan yang mengepal.
“Udahlah nggak usah diperpanjang”, untung Ify orang yang baik hati.
“Eh btw-btw, kok dari tadi si Oliv diem aja sih?” kata Acha menatap Olivia heran. Semuanya angkat bahu, belum bayar hutang kali?
“Menurut buku eyang kakung gue, sikap Oliv yang diam membisu ini menandakan kalau Oliv lagi dirundung masalah” goda Agni meniru-niru gaya bahasa Oliv, Olivia pun mendengus kesal. “Ck. Apaan sih Agni? Ngga lucu tauk!”
“Ahhhahahaaa... Lucu kok lucu!” celetuk Via yang tertawa seorang diri. Semua menatap Sivia heran. Sivia yang ditatap seperti itupun jadi salting sendiri sembari menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Jam pelajaran selanjutnya adalah pelajaran Fisika. Olivia dan Rahmi hanya diem-dieman. Nggak ada yang mau mengeluarkan suara untuk memulai suatu percakapan. Hingga akhirnya Olivia merasa ada yang ngeganjel dihatinya. Dengan hati yang dimantap-mantapkan Olivia pun menegur Rahmi yang tengah asik mengejarkan tugas Fisika.
“Emm,,, Rahmi?” tegur Oliv.
“Hemm?” jawab Rahmi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tugas Fisika.
“Soal nomer 5 itu pake rumus yang mana?” tanya Oliv basa-basi.
“Gatau” jawab Rahmi sekenanya.
“Nggak biasanya Rahmi nggak tau. Biasanya juga dia tau terus” batin Olivia,
“Kalau soal yang nomer 10?” tanya Oliv lagi.
“Aku nggak tau Liv” jawab Rahmi dingin.
“Rahmi kayaknya beneran marah nih ama aku!” batin Olivia lagi. Ia menghembuskan napasnya dengan kasar dan kembali menekuri buku tugas Fisika nya yang baru dikerjakan setengah.
‘Tenggg... Tenggg... Tenggg... Tenggg...’
Lonceng tanda sekolah berakhir telah dibunyikan. Anak-anak pun berlarian keluar kelas untuk pulang kerumah masing-masing.
“Rahmi, pulang bareng yuk?” ajak Acha lagi.
Didalam kelas hanya tinggal Rahmi, Acha, dan Olivia. Mereka memang selalu berangkat dan pulang sekolah bareng, maklum rumah mereka bertiga kan satu komplek.
“Enggak deh Cha. Aku pulang sendiri aja” tolak Rahmi lagi, Acha semakin heran dengan sikap Rahmi sedangkan Olivia semakin yakin kalo Rahmi marah dengannya.
“Yaudah deh”
----------
Malam harinya Olivia terlihat mondar-mandir diruang keluarga. Dia mendekat kearah telpon rumah, tapi akhirnya dia menjauh dan mengurungkan niatnya. Kemudian mendekat,menjauh lagi, mendekat, menjauh lagi. Begitu terus berulang-ulang sampai akhirnya sang Mama bosan sendiri melihat sikap Olivia.
“Oliv, kamu bisa tenang nggak sih? Nggak capek apa mondar-mandir kaya orang kebelet pipis gitu?” tegur Mama.
“Iya Mah. Oliv bingung nih! Nelpon Rahmi atau enggak yah?” tanya Oliv meminta pendapat pada Mamanya.
“Kalau kamu ngerasa bersalah yah telpon aja” saran Mama. Olivia pun mendekat dan memencet beberapa angka. Tersambung, tapi tidak diangkat. Begitu terus berulang-ulang kali, sampai akhirnya Oliv pun bosan sendiri.
Sementara dirumah Rahmi, ia tampak bersantai diruang keluarga. Menyaksikan acara favorite nya tanpa merasa terganggu dengan bunyi telepon yang terus berdering. “Rahmi, handphone nya berdering dari tadi kok ga diangkat sih Nak?” tanya ibunya Rahmi melirik kearah handphone anaknya yang tergeletak dimeja depan tv.
“Itu orang salah sambung Bu” jawab Rahmi sekenanya. Ibunya pun berlalu kedapur, melanjutkan acara masaknya yang sempat terabaikan.
Didapur Ibu nya tengah sibuk berkutat dengan berbagai jenis sayur dan lauk-pauk. Maklum, dirumahnya yang lumayan besar ini Ibu nya tidak mempekerjakan orang untuk dijadikan pembantu. Alhasil urusan masak-memasak, cuci-mencuci, dan bersih-bersih rumah adalah tugas Rahmi dan Ibunya.
“Bu, kenapa sih temen-temen Rahmi disekolah itu pada nggak suka ama Rahmi?” tanya Rahmi menghampiri Ibunya.
Ibunya pun balik nanya, “Masa' sih Nak?”
“Beneran Bu. Rahmi cuma berteman sama Acha, Ify, Nova, Via, Agni, dan... Oliv” jawab Rahmi. Terdengar ragu-ragu ketika menyebutkan nama Oliv karena rasa irinya terhadap gadis berkacamata itu.
“Nah tuh ada yang mau berteman ama kamu”
“Iyah tapi yang lain pada musuhin Rahmi Bu!”
“Yaudah, Rahmi sabar aja Nak.” ucap Ibunya sambil menggoreng ikan.
“Sampe kapan Bu? Bahkan Rahmi udah makan kembang melati setiap harinya seperti saran yang ibu berikan, tapi tetep aja tuh Rahmi dimusuhin”
“Allah tidak akan menguji diluar batas kemampuan hamba-NYA” kata Ibunya lagi, Rahmi pun mengangguk dan masuk kedalam kamar. Mungkin Ibu nya benar, semua akan indah pada waktunya.
Keesokannya....
Rahmi tidak masuk sekolah karena merasa kurang enak badan, Olivia yang mengetahui Rahmi tidak masuk sekolah itu pun semakin merasa bersalah. Pada saat jam istirahat Olivia langsung menceritakan kejadian kemarin kepada sahabat-sahabatnya,
“Menurut buku eyang kakung aku, sikap Rahmi itu menandakan kalau dia marah sama aku” kata Oliv mengakhiri curhatannya.
“Oliv, semua buku juga berpendapat yang sama kali! Lagian nggak perlu baca buku juga gue udah tau kalau sikapnya Rahmi kemaren itu menunjukkan kalau dia marah ama lo” sungut Acha.
“Kalo menurut gue sih, kejadian kemaren itu bukan salah lo kok Liv. Cuma mungkin Rahmi nya aja yang ngerasa tersinggung dengan cibiran temen-temen” sahut Nova memberikan pendapatnya.
“Lagian temen-temen kok gitu banget yah ama Rahmi? Nggak kasian apa? Emang Rahmi ada salah apa sih ama mereka?” sambung Via.
“Tumben lo nggak o'on lagi!” celetuk Agni yang langsung dapet jitakan gratis dari Via.
“Jadi aku musti gimana?” tanya Oliv.
Semuanya terdiam. Masing-masing memikirkan langkah apa yang musti mereka ambil untuk mempertahankan persahabatannya. (halah sok iye).
“Yaudah entar pulang sekolah kita kerumahnya Rahmi sama-sama. Sekalian jengukin dia gimana?” saran Ify, Olivia pun mengangguk diiringi dengan senyuman tipis.
Jam pelajaran sekolah telah usai, De'PoFz berencana akan menjenguk Rahmi pulang sekolah ini. Setelah mengemasi buku-bukunya kedalam tas, De'PoFz pun berjalan menyusuri koridor sekolah menuju gerbang. Sesampainya di pintu gerbang terlihat Mang Sule --supirnya Ify-- yang bertengger manis di samping mobil avanza silver milik papanya Ify.
“Siang mang ..” sapa temen-temennya Ify ramah.
“Siang juga adik-adik yang manis..” ucap Mang Sule menyapa balik.
“Mang, anterin Ify sama temen-temen kerumahnya Rahmi dulu yah?” pinta Ify.
“Rebes neng!” Mang Sule pun berlalu masuk kedalam mobil diikuti oleh anak-anak De'PoFz.
Karena letak rumah Rahmi lumayan deket dari sekolah, mereka pun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai dilokasi. Terbukti tidak sampai 20 menit merekapun tiba didepan rumah Rahmi.
“Mang Sule tunggu didalam mobil aja yah? Ify sama yang lain mau masuk dulu. Bentar aja kok!” kata Ify keluar dari mobil, Mang Sule pun hanya manggut-manggut,
“Assalamualaikum....” teriak Agni dari luar rumahnya Rahmi.
“Woyy Agni! Lo ga sopan banget sih jadi cewek! Ini tuh dirumah orang, jangan teriak-teriak napa?” sewot Ify dengan mata melotot.
“Dasar si tukang sewot!” ledek Agni, Ify pun langsung menoyor kepala Agni pelan.
“Betul tuh katanya Ify, engga sopan! Kan ada bel, pencet aja tuh bel-nya. Atau kalo engga ketuk pintu kek?” timpal Sivia.
“Tumben hari ini lo nggak o'on!” sahut Acha yang langsung dapet pelototan mata dari Via.
“Mau lo buka tuh mata segede lubang gua hantu juga tetep aja tuh mata ngga belo. Always sipit!” ledek Nova pada Via.
Oliv yang sedari tadi hanya diam pun mulai kesal dengan tingkah teman-temannya, “Udah deh ketuk pintu kek, ngebel kek, apa kek gitu biar kita dibukain”
Baru Agni mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu, tiba-tiba tuh pintu sudah terbuka lebar dengan sendirinya.
“Hebat! Belum juga nge-bel kita udah dibukain pintu aja” kata Agni takjub.
“Ini semua karna suara kalian yang triple stereo itu, ribut sih!” sungut Oliv. Ibunya Rahmi yang membukakan pintu hanya tersenyum mendengarkan celotehan mereka.
“Emm, Rahminya ada bu?” tanya Via.
“Ada tuh dikamarnya. Ayo masuk” ajak ibunya Rahmi yang mengenakan jilbab sama seperti Rahmi.
Ibunya Rahmi mengantarkan anak-anak De'PoFz sampai didepan pintu kamarnya Rahmi yang terletak dilantai 2.
“Ayo semuanya masuk aja. Ngga dikunci kok, Tante tinggal kedapur dulu yah” pamit ibunya Rahmi meninggalkan anak-anak De'PoFz.
Semuanya pandang-pandangan, nggak ada yang mau membuka pintu terlebih dulu. Hingga akhirnya Agni pun mengalah, memberanikan diri untuk membuka knop pintu tersebut. ‘Cklekkk..’
Pemandangan yang pertama mereka lihat adalah tubuh Rahmi yang terbaring diatas ranjang (yaialah o'on, namanya juga orang sakit!). Agni, Acha, Ify, Nova, serta Sivia pun mendekat dan duduk ditepi ranjang. Sementara Oliv meletakkan seplastik apel sebagai buah tangan mereka, diatas meja disamping tempat tidur Rahmi.
“Rahminya tidur. Gimana nih? Apa kita pulang aja?” tanya Ify pada teman-temannya.
“Eh jangan dong! Kita harus selesein masalah Olivia ama Rahmi dulu!” jawab Agni.
“Sssstt, Agni volume suara lo dikecilin dikit bisa kali?!” tegur Via. Akibat suara temen-temennya yang sedikit berisik, Rahmi pun sontak terbangun dari tidurnya.
“Kalian?” tanya Rahmi kaget, anak-anak De'PoFz pun tersenyum kepada Rahmi.
“Rahmi! Lo sakit apa?” samber Acha.
“Aku, aku cuma ngga enak badan aja kok” jawab Rahmi dengan seulas senyuman tipis dibibir. Posisi tubuhnya yang semula berebah ia ubah menjadi duduk selonjoran dengan bagian belakang yang menyender ditembok.
“Rahmi maafin aku yah?” kata Oliv mendekati Rahmi. Semula ia tidak berani menampakkan diri, tapi berkat dorongan teman-temannya akhirnya ia pun memberanikan diri.
“Minta maaf? Emang kamu ada salah apa?” tanya Rahmi.
“Soal cibiran temen-temen kemaren. Aku-“ jawab Oliv dengan tampang bersalah. Sampai-sampai kalimatnya pun terhenti ditengah jalan. Rahmi tersenyum kearah Oliv, ini sungguh suatu hal yang tidak ia duga.
“Kamu nggak perlu minta maap kali, yang kemaren itu bukan salah kamu kok!”
“Jadi kamu udah nggak marah lagi ama aku?!” tanya Oliv dengan mata berbinar binar. Rahmi menegakkan badannya dan ikut terduduk ditepi ranjang. “He'emp. Kata ibu aku, cibiran temen-temen itu adalah cobaan dan aku harus sabar dalam menghadapi cobaan itu” jawab Rahmi bijak, yang lain pun tersenyum mendengar jawaban Rahmi.
“Betul tuh” sahut Acha dan Nova bersamaan.
“Liv, maapin aku yah kemaren udah nyuekin kamu?” ucap Rahmi lagi, Oliv hanya membalas dengan senyuman. Kemudian ia langsung memeluk Rahmi dengan erat."Aaaaaaah.. Rahmi, aku sayang banget ama kamu”
“Aku juga sayang kok sama kamu Liv” ucap Rahmi mempererat pelukan Olivia.
-----------
Dulu kita sahabat, teman begitu hangat..
Mengalahkan sinar mentari,,
Dulu kita sahabat, berteman bagai ulat..
Berharap jadi kupu-kupu,,
Kini kita melangkah berjauh-jauhan..
Kau jauhi diriku karena sesuatu,,
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan..
Namun itu karena ku sayang,,
[Sing = Kepompong By Sindentosca]
----------
Tidak lama kemudian, Ibunya rahmi pun masuk kedalam kamar rahmi dengan membawa nampan yang berisi 6 gelas syrup dan sepiring besar kue brownies kukus. Beliau tersenyum melihat Rahmi dan Oliv yang masih dalam keadaan berpelukan.
“Ya ampun ya emak ya Tuhan! Tante tau aja deh kalo aku lagi haus. Makasih ya Tan” ucap Nova seraya menyambar segelas es jeruk dan langsung meneguknya. Yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nova yang sungguh memalukan, Agni pun ikut-ikutan cengo', kenapa sikap nggak sopannya menular ke Nova?
“Ckckck. Pantesan dari tadi cerewet nya ngga keluar! Nggak taunya haus toh” sahut Via geleng-geleng kepala dan Nova hanya membalasnya dengan sebuah cengiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar