Pura Pura Cinta

Senin, 20 Juni 2011

The Power Of Friendship (Part.1)

MiNia Story




Bag.1
--De’PoFz--
Pagi yang cerah, ify terbangun ketika matahari mulai menampakkan dirinya. “Silau” itu kata yang pertama keluar dari mulut ify. Dengan langkah gontai diambilnya handuk yang tergantung manis dibelakang pintu kamar. Dia pun melangkah memasuki kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian Ify keluar dari kamar mandi dengan mengenakan seragam sekolahnya yang bermotif kotak-kotak berwarna merah dengan tambahan rompi diluarnya. Ify melangkah mendekati cermin, menyisir rambut sambil memperhatikan raut wajahnya yang tampak manis. “Gue cantik kok, tapi kenapa Rio nggak suka ama gue yah?” gumam Ify sambil meletakkan sisir diatas meja rias. Kemudian Ify pun mengambil aksesoris seperti gelang, anting, jepit rambut, jam tangan, dan kaus kaki yang berwarna pink. Kemaren Ify, Acha, Via dan Nova sepakat akan mengenakan aksesoris yang berwarna pink. Awalnya Acha yang anti sama warna pink itu menolak mentah-mentah ajakan teman-temannya, tapi karna Ify pelototin dia pun akhirnya mengangguk pasrah. Bukannya Acha takut sama Ify, tapi dia takut ngeliat bola mata Ify yang kalau melotot udah sebesar bola pingpong. Setelah benar-benar merasa rapi dengan aksesoris yang lengkap, Ify pun turun kebawah, lebih tepatnya keruang makan untuk menghampiri kedua orang tuanya.
“Pagi Mah, Pah..” sapa Ify.
“Pagi sayang..”
“Ify ke sekolah dulu yah?” pamit Ify mencium tangan kedua orang tuanya.
“Nggak sarapan dulu nak?” tanya sang Mama yang tengah menikmati potongan roti bakar yang ada dihadapannya.
Ify menggeleng cepat, “Engga deh Mah, rotinya dijadiin bekel aja. Biar dibawa kesekolah. Soalnya Ify takut telat, ini kan hari senin. Itu artinya hari ini Ify piket kelas dan upacara” jelas Ify. Dia amat sangat benci sama yang namanya hari senin. Karena nggak tau kenapa dia selalu kebagian jadwal piket setiap hari senin, padahal hari senin tuh waktunya mepet. Mana upacara lagi! Tapi parahnya itu semua berlangsung dari kelas 1 SMP. Hhh, sepertinya hari senin udah lengket banget dihati Ify. Mamanya Ify mengangguk kemudian berjalan menuju dapur, setelah kira-kira 10 menit berada didapur, Mamanya pun balik lagi dengan membawa kotak bekal buat Ify.
“Ify pergi yah.. Assalamualaikum” ucap Ify seraya keluar dari rumah menghampiri Mang Sule --supir pribadi keluarga Ify-- untuk mengantarkannya ke sekolah.
Sesampainya disekolah, Ify pun langsung bergegas menuju kelasnya.
“Gawatt kalo telat kerjaan gue pasti double nih” kata Ify sambil mempercepat langkah kakinya. Hari senin dia piket bareng Agni, Via, serta Nova. Dan benar saja kalau dia sampe' telat, Agni pasti akan menambah kerjaan Ify dengan buang sampah dan mengganti air yang ada dibaskom. Air yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan. Tapi malang nasib Ify, sesampainya dikelas sudah terlihat Agni dan Nova yang menyapu ruangan. Dengan langkah gontai Ify pun menaruh tasnya dan berlalu mengambil sapu.
“Lo tau kan ama tugas lo hari ini?” tanya Agni, memamerkan senyum setannya.
“Yayayah... Gue harus ganti air dan buang sampah, iya kan?” jawab Ify yang sepertinya begitu hapal dengan tugas tambahannya, Agni tersenyum kemudian mengacungkan kedua jempolnya.
“Ya ampun ya emak ya Tuhan! Ify kok lo bisa telat gini sih? Makanya tidur tuh jangan larut malem kan jadinya tugas lo jadi bertambah dua kali-“ belum selesai Nova melanjutkan kalimatnya, Agni pun langsung membekap mulut Nova.
“Selesain dulu nyapu lo baru ngebacot!” kata Agni sambil melepaskan bekapannya. Nova merengut sementara Ify tersenyum kecil. Tidak lama kemudian Via pun dateng dengan langkah santai tanpa beban. Dengan wajah tidak berdosa dia pun menaruh tas diatas meja dan duduk dibangku sambil mengeluarkan novel yang tadi malam baru dibacanya setengah.  Agni yang melihat tingkah santai Via itu pun langsung menyemprotnya habis-habisan,
“Via! Lo nggak tau diri banget yah? Kita lagi nyapu, lo malah asik-asikkan baca novel?! Apa-apaan lo?” teriak Agni dengan suara nya yang bisa dibilang ‘triple stereo’. Nggak tanggung-tanggung Sivia aja sampai menutup telinganya dengan kedua tangan.
“Agni .. Lo kenapa sih pagi-pagi udah naik darah?” tanya Via polos.
“Kenapa kenapa? Pake' nanya lagi. Lo ngga nyadar apa? Ini tuh hari senin. Waktunya lo buat piket Sivia Azizah.” jelas Agni dengan nada gemes. Via memutar kedua bola matanya sambil berpikir sejenak.
“Emm... Ini hari senin yah?” tanya Via lagi.
“Ya ampun ya emak ya Tuhan! Via ini tuh emang hari senin bukan hari jum'at, kalo hari jum'at udah deh daritadi gue pake' baju olahraga.” samber Nova yang ikut-ikutan gemes melihat tingkah sahabatnya itu.
“Ah iyah gue kan piket!” ucap Via yang langsung kocar-kacir mencari sapu.
“Jiah, gubrak! Tuh anak emang betah banget dah melihara o'on” kata Ify menepuk jidatnya yang tidak berdosa.
“Udalah gausah nyapu, kelas juga udah bersih gini. Mending lo buang sampah deh ama Ify, tuh sampah yang dibak udah penuh” perintah Agni menunjuk kearah bak sampah segede gentong yang ada dikoridor depan tepatnya disamping pintu kelas.
“Emm,, iya deh”
Dengan wajah yang amat sangat Terpaksa Via dan Ify pun mengangkat bak sampah kering itu dan membuangnya kedepan sekolahan. Karena disitulah lokasi tempat berkumpulnya semua sampah yang ada di SMA Lentera Ilmu.
“Via, baju gue rapi nggak? Rambut gue nggak berantakan kan?” tanya Ify, Via memperhatikan Ify dari atas sampai bawah. “Emm...”
Ify mendecakkan lidahnya dengan kesal ketika melihat Sivia yang mikirnya kelamaan. “Ck, nggak usah dijawab deh! Nunggu lo jawab kelamaan. Setaun baru kita buang nih sampah” sungut Ify mencak-mencak.
“Heheee. Udah rapi kok Fy” jawab Via nyengir.
“Aduh malu banget dah gue, masa' cantik-cantik buang sampah sih?” gerutu Ify dengan tampang ogah-ogahan. “Mudahan aja Rio nggak ada dikelas, malu gue kalo sampai ketauan buang sampah!” lanjutnya ketika mereka melintas didepan kelas X/c, kelas pujaan hatinya Ify.
“Emm.... Kayaknya dia nggak ada deh Fy” ucap Via celingak-celinguk didepan kelas 10/c.
“Iyah bener lo. Sukur deh” Mereka pun melanjutkan perjalanannya menuju gerbang sekolah. Didepan gerbang sekolah mereka bertemu dengan Olivia, Rahmi, dan Acha yang biasanya memang selalu berangkat kesekolah bareng.
“Ciee cieee.... Rajin banget sih pagi-pagi udah buang sampah? Nggak elite banget dah! Tiru dong gue. Pagi-pagi udah cantik gini kerjaannya bukan buang sampah tapi nongkrong depan kelas sambil ngecengin cowok-cowok yang main basket” ledek Acha sambil menyelipkan sedikit kenarsisannya, Ify yang tidak terima dengan ocehan Acha pun langsung menoyor kepala gadis itu pelan.
“Rajin dari London? Gue tuh terpaksa tauk!” kata Ify, Via seperti biasa kembali bengong dan memutar otak. Pada ngomongin apa sih? Jiah, gubrak!
“Eits.. Jangan berantem..” lerai Rahmi
“Menurut buku eyang kakung aku, yang namanya buang sampah itu sama dengan olahraga dan itu sangat baik untuk kesehatan. Jadi kamu nggak usah marah-marah deh, kan bermanfaat” kata Oliv menepuk-nepuk pundak Ify.
“Buku eyang kakung lo itu emang sarap! Buang sampah capek gini dibilang sehat. Nyambung dimana nya ciiiiin?” sewot Ify.
“Loh? Ya adalah. Kamu ngangkat bak sampah itu dari kelas kan? Dari kelas sampai depan sini itu kan harus berjalan kaki dulu, dan itu memerlukan energi yang cukup banyak serta mengeluarkan keringat tentunya. Yah sama aja dong namanya olahraga, dan olahraga itu-“
“Udah gausah diterusin. Gue juga nggak ngerti Liv lo ngomong apaan? Jadi percuma lo jelasin!” kata Ify.
“Makanya banyak baca buku dong, terutama buku-“
“Eyang kakung lo itu! Iya kan? Hhh, bisa tepar gue baca tuh buku yang nggak gue ngerti sama sekali” potong Ify cepat. Oliv ciut, hari ini sepertinya Ify lagi ‘dapet’, oleh sebab itu bawaannya sensi mulu..
“Emm, yaudahlah mending kita cepet-cepet buang sampah deh Fy. Entar keburu bel loh” tegur Via.
“Yo wess.. Kita masuk dulu yah? Babayy...” kata Rahmi menarik tangan Acha dan Oliv. Berlalu meninggalkan gapura SMA Lentera Ilmu dalam hitungan detik.
Baru saja Ify dan Via melap keringat setelah selesai buang sampah, tiba-tiba bel tanda upacara akan dimulai berbunyi nyaring. Ify dan Via pun langsung kocar-kacir keluar kelas. Sesampainya dilapangan Ify menarik tangan Acha dan Rahmi yang lebih dulu berbaris rapi.
“E..e..ehh... Ify kenapa sih?” tanya Rahmi, terlonjak kaget karena Ify menarik paksa tangannya.
“Iya nih Ify apaan sih? Lama-lama baju gue gober (nah lo? Bahasa planet mana lagi nih?) juga nih ditarik-tarik mulu, kebiasaan de ah” sambung Acha.
“Hehee.. Maaf, maaf.. Kita baris dibelakang aja yuk!” ajak Ify.
“Emang mau ngapain? Enakan juga didepan nggak panas” kata Rahmi.
“Tuh lo liat tuh. Pujaan hati gue ciiiinggg..” kata Ify senyum-senyum menunjuk kesamping kirinya. Disana terlihat Rio tengah berbaris rapi dengan gayanya yang cool. Padahal semua orang lagi istirahat ditempat, si Rio bukannya tangan dilipat kebelakang malah tangan dimasukkan ke saku celana. Emang sih cool banget....
Acha menggeleng-gelengkan kepalanya sok prihatin, “Ck.. Rio lagi Rio lagi...”
“Yayayah?” pinta Ify dengan tampang memelas. Rahmi yang tidak tegaan itu pun langsung menganggukan kepalanya menyetujui permintaan Ify. Tiba-tiba ditengah khidmatnya upacara, dari belakang terdengar suara yang sukses mengagetkan Ify, Rahmi, dan juga Acha.
“Ify, Rahmi, Acha .. Sudah tau badan kalian tuh pendek, kecil. Ngapain baris dibelakang?” tegur pak Budi dari belakang. Ify, Acha, dan Rahmi pun sontak menoleh kearah sumber suara disertai dengan sebuah cengiran.
“Heheee.. Terlanjur pak,” jawab Acha, Ify, dan Rahmi sekenanya..
“Ett dah ni bapak, gue cantik-cantik gini dibilang pendek kecil kenapa nggak sekalian aja boncel?” batin Acha dalam hati, dalam hati aja dia masih sempat-sempatnya narsis.
Akhirnya upacara pun selesai. Ify, Rahmi, Acha, Via, Nova, Agni, dan Olivia sudah berkumpul didalam kelas.
“Eh tau nggak tau nggak? Tadi gue baris disebelahnya Rio loh! Ya ampun tuh anak tambah keren aja de ah. Gaya-nya itu loh, cool! Sumpah deh” kata Ify yang terlihat heboh sendiri,
“Eh kunyit, lo bisa nggak sih kalo ngemeng tuh pelan-pelan? Noh liat noh dibelakang lo TSQ pada ngeliatin kita” kata Agni, Ify pun menoleh kebelakang. Dan benar saja TSQ menatap De'PoFz dengan tatapan tajam dan menaruh curiga. Ify balik lagi kedepan sembari menutup mulutnya. Ups, keceplosan!
“Hehee.. Sorry, sorry.. Terlalu semangat sih gue”
“Ya ampun ya emak ya Tuhan! Sampe kapan sih Fy lo mau terus-terusan jadi screet admirer-nya Rio? Oh pliss deh Fy kalau lo masih start ditempat ngga maju-maju gini, sampe' eyang kakungnya Olivia hidup lagi juga elo nggak bakal bisa pacaran ama Rio” cerocos Nova dengan tampang napsu.
“Emangnya gue berminat gitu yah jadi pacarnya Rio? Gue kan cuma kagum aja ama sikap cool-nya dia. Yah walopun sebenernya kalo boleh jujur, gue emang pengen kenalan ama dia” jawab Ify.
“Emang kamu belum pernah kenalan yah ama dia?” tanya Rahmi.
Ify memanyunkan bibirnya, “Belom Mi, gue belum pernah tauk jabat tangannya Rio!”
“Udahlah Fy nggak usah merengut gitu deh! Kayak gue dong, selalu senyum setiap hari, jadinya kan orang-orang enak mandangin muka gue yang cantik bin imut ini” kata Acha narsis again.
“Wooo... Dasar miss narsis !” sewot Ify.
Semuanya terdiam, hening sesaat. Hingga akhirnya suara ify pun kembali memecah keheningan, “Jadi gimana nih? Kalian kasih saran dong supaya gue nggak start ditempat mulu”
“Menurut buku eyang kakung aku, sikap Ify ini namanya adalah malu-malu kucing atau malu-malu tapi mau. Sikap yang kayak gini harus dikurangin Fy, supaya kamu bisa PDKT ama Rio.” saran Oliv.
“Betul tuh. Nah, kalau lo malu kenalan secara langsung ama rio, yah lewat sms aja Fy! Ya kan? Ya dong? Iya aja deh biar cepet” sahut nova memberikan usul. Walaupun kelihatannya agak sedikit maksa. Itu terbukti dari kalimat yang terakhir. Mendengar usul Nova membuat Ify langsung bertepuk tangan dengan meriah,,
“Nah bener tuh. Emang lo tuh pinter juga yah ternyata Nov!” kata Ify sambil mengeluarkan handphone nya dari saku baju, Nova pun tersenyum bangga karena ternyata sarannya kali ini ada benernya juga..
“Eh tapi.... Gue kan nggak punya nomer handphone-nya Rio” ucap Ify yang kembali menyimpan handphonenya, sementara Nova langsung memandang Ify kesal.
“Waaahhhhh payah lo. Yah dicari lah!” sahut Agni.
“Nyari dimana? Di jalanan? Ditong sampah? Dikolong meja? Atau dimana nih? Hhh, emangnya lo kira gampang apa dapetin nomernya Rio?” sungut Ify.
Rahmi yang sedari tadi hanya menjadi pendengar setia pun kembali angkat suara, “Entar aku bantu cariin deh Fy..”
“Eh ada apaan sih ada apaan sih? Cerita ngga bagi-bagi nih..” ucap Via yang baru connect, maklum tadi dia lagi asik baca novel.
“Siviaaa...! Cerita kita udah mau ending lo baru nyaut!” teriak Agni, Ify, Acha, dan Nova, gemesss. Sivia nyengir, sementara Rahmi dan Olivia geleng-geleng kaki, eh salah kepala deng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar