---Kutukan Jomblo 5 Tahun---
Hingga akhirnya pelan-pelan tapi pasti gue lihat Chia menganggukkan kepalanya dan berlalu meninggalkan gue berserta Morgan.
Okeylah kalau begitu! Malam ini juga gue bertekad untuk mengunjungi Chia di kost-annya. Cihuyyyyyyy...!
“Lo serius mau deketin Chia?”
Gue mengalihkan pandangan sekilas kearah Morgan, kemudian kembali fokus pada jalanan yang berkelok-kelok didepan gue. Kalau bahasa dangdutnya tuh lika-liku (?) Yah, karena gue udah bawa anak orang jalan, itu artinya gue harus bertanggung jawab terhadapnya, dan salah satu bentuk rasa tanggung jawab gue itu adalah dengan mengantarkannya pulang sampai selamat ke rumah orang tuanya.
Huh....! Gue merutuk dalam hati, nih curut satu maunya apaan sih?! Dari tadi yang ditanyain itu-itu mulu.... Nggak perlu dijawab si Morgan pasti taulah jawaban gue apaan? Lagian gue males juga kalau jawabannya cuma ya,ya,dan ya. So, gue hanya mengangguk kecil, “Malam ini gue mau main ke kost-annya Chia” gue menghela napas sejenak, sementara Morgan terlihat diam tak bersuara. “Lo temenin gue yah?” Pinta gue yang masih fokus mengendalikan stir mobil.
Morgan terperanjat, pandangannya yang semula kesamping jendela dialihkannya ke wajah gue yang terkenal manis, manis kalau ngaca diempang maksutnya.
“Sorry Bray, I'm busy tonight!” Jawabnya sok Inggris. Gue melengos, jawaban Morgan terdengar asing dikuping gue, yah seperti sebuah alibi gitu deh Nyo'. Kenapa gue ngerasa kayak gitu? Karena setau gue setiap malam kerjaannya Morgan nggak pernah jauh dari kata santai, kalau pun sibuk juga doi nggak bakal sesibuk Pak Pres kok.
Tanpa ada niatan memaksa gue pun kembali mengendalikan mobil sport gue menuju ke kediaman Morgan.
***
Alunan musik rock dari tape mobil gue mengalun indah malam ini, menemani gue yang tengah mengemudi yang juga ditemani oleh Rangga dijok samping.
Sebenernya kalau disuruh milih gue lebih milih ditemenin Dicky ketimbang Rangga. You know why guys? Karena kalau bareng Dicky, doi nggak bakal sebawel Rangga. Paling-paling doi duduk anteng aja sambil baca buku. Tapi kalau Rangga???
“Bismaaaaaa.... Jangan ngebut dong! Lo mau bikin gue mati hah?!” Jeritnya mencak-mencak.
Noh! Itu tuh salah satu kebawelannya. Belum juga gue sebutin udah main dipraktekin aja ama si doi.
Kalau udah kayak gini paling-paling gue cuma nyengir habis itu baru deh menurunkan kecepatan gasnya. Yah bukannya apa sih Nyo', gue cuma takut Rangga ngambek trus ngundurin diri buat jadi bodyguard gue aja nih malem. Kan repot Nyo'! Huh, apa gue bilang coba? Enakan juga bareng Dicky, tapi sayangnya disaat gue bertandang kerumahnya, Dicky keburu ngacir ke toko buku. Hadeh, nasip...nasip....!
Setibanya dilokasi, gue langsung memarkirkan mobil sport gue disamping gang kost-annya Chia. Berhubung gue takut mobil kesayangan gue dicuri sama orang yang tidak ber-prikemobilan, maka gue pun meminta Rangga untuk menjaganya selama gue masuk kedalam gang.
“Kenapa harus gue sih Ma?” Tanyanya nggak terima.
“Yah kalau bukan lo terus siapa lagi dong? Gue kan kesini cuma bareng lo doang Ngga..” Jawab gue sekenanya.
“Tapi kan-----”
“Lo sobat gue bukan?” Sela gue cepat, Rangga melengos kesal. Baginya kalimat gue barusan bagaikan senjata ampuh yang mampu membungkam suaranya untuk tidak mengeluarkan aksi protes lagi.
Dengan tangan dipinggang, ia menjawab “Ya,ya,yah... Seperti sila persahabatan yang lo buat seenak lutut, yang isinya, 'Gue sobat lo dan udah sewajarnya sebagai sobat yang baik hati dan berbudi luhur gue wajib kudu dan harus ngebantuin lo!' Right?” Cerocos Rangga dengan nada kesal. Sepertinya ia sudah sangat begitu hafal dengan sila pertama didalam persahabatan kami yang baru saja dilafalkannya itu.
Ekspresi wajahnya yang minta dibuang membuat gue sengaja untuk menepuk pundaknya dengan gemes.
“A good answer my Bro. Udah seharusnya begitukan?” Ucap gue menggodanya dengan alis yang naik-turun layaknya odong-odong. Beginilah mahkluk spesies aneh, alis sendiri dikatain odong-odong! Ckckck. Gue mengerling nakal, setelah meraih sekotak cokelat hasil colongan diminimarket, eh enggak deng! Maksut gue, sekotak cokelat yang gue beli disebuah minimarket yang letaknya tidak jauh dari rumah. Gue mengamatinya penuh arti, “Kira-kira Chia suka cokelat nggak yah?” Tanya gue pada seonggok manusia yang berdiri disebelah gue, siapa lagi kalau bukan Rangga?
“Gue rasa Chia bukan tipe cewek yang takut gemuk deh. Nggak kayak ceweknya Morgan yang model itu! Ya kan Ngga?” Tambah gue mengalihkan pandangan dari kotak ditangan kanan yang berwarna merah hati.
Doi menggidikkan bahunya, “Iya aja deh, yang penting lo seneng, gembira, dan bahagia dunia akherat!” Jawabnya maksa. Kemudian ia pun mendorong pelan bahu gue, “Masuk gih! Biar kita cepet pulang...” Suruhnya ½ memaksa gue untuk segera memasuki gang kecil nan gelap tersebut.
Gue hanya menurut, berbekal senter handphone 200 ribuan gue susuri jalan sempit itu dengan semangat 2011.
Didepan gue kini telah berdiri sebuah bangunan sederhana bertingkat dua yang disekat menjadi beberapa bagian.
Yups, gue yakin banget kalau apa yang ada didepan mata gue sekarang memanglah kost-annya Chia! Kebetulan tempat kost nya Chia tidak dilapisi dengan pagar bergembok ataupun pagar berkawat Nyo'. So, dengan mudah gue pun dapat merangsek masuk kedalam.
Gue mengamati setiap pintu kamar kost-an yang didepannya tertempel papan kayu dengan tulisan yang berbeda-beda. Ada yang tulisannya mawar, melati, kamboja, anggrek, ester, sedap malam, lili, eh bentarbentarbentar.... Ini kost-an apa toko bunga? Gubrak!
“Cari siapa yah Mas?” Tanya seorang ibu-ibu yang berperawakan gemuk dengan rambut konde-an. Ia menghampiri gue dengan tampang sangar. Gue yakin banget pasti nih orang yang namanya Ibu Kost!
“Emmm.. Di kost-an ini ada yang namanya Chia nggak Bu?”
“Owh Mas cakep temennya Neng Chia toh?”
Seketika wajah sangarnya mendadak kalem disaat melihat senyuman manis yang gue lemparkan.
“Kalau begitu mari saya antarkan ke kamarnya Neng Chia..” Ajak tuh Ibu Kost yang langsung menarik paksa tangan gue. Esumpahya, gue berasa kayak ditarik ama buldozer tau nggak Nyo'? Udahnya kenceng, main maksa lagi!
Belum nyampe sejam *yaialah* gue sudah berdiri didepan pintu salah satu kamar dilantai dua yang plangnya bertuliskan.....?
“Bunga bangke?!”
“Iyah Mas cakep ini kamarnya Neng Chia.. Julukannya bunga bangke, karena Neng Chia itu adalah anak kost yang jarang banget mandi Mas!” Tutur Ibu Kost membeberkan aib Chia. Jangan kalian pikir setelah denger tuh kabar, gue langsung ilfeel ama Chia, justru gue semakin lope-lope ama dia! Gimana enggak? Hobby nya sama ama gue Nyo'! Yaitu, daripada mandi mendingan nonton tipi (?) Hehehee....
“Bentar yah Mas cakep, saya panggilkan Chia nya dulu..”
'Tok... Tok... Tok... Tok... Tok...'
Pintu kamar Chia diketuk dengan keras oleh si Ibu Kost. Kalau menurut gue sih itu namanya bukan diketok melainkan dijitak (!)
CKLEK...
Chia pun membukanya dengan kasar.
“Kenapa lagi sih Ver?! Kan gue udah bilang, disfenser dikamar gue rusak! Jangan minta air panas dikamar gue ngapa?! Pan di dapur kost-an juga ad......” Sedetik kemudian Chia langsung membungkam mulutnya rapat-rapat, Ibu Kost melotot dengan geram, sementara gue? Gue tertawa terbahak-bahak sambil termuntah-muntah (?) Sangking gelinya melihat wajah Chia yang memerah ditabok rasa malu. Tapi sayangnya itu hanyalah imajinasi gue doang, kalau seandainya gue beneran ngelakuin hal itu, bisa-bisa gue digampar bolak-balik ama Chia! Yah, gue cuma memasang tampang innocent dan pura-pura nggak ngerti dengan apa yang sebenarnya terjadi *lebey!*
“Hehehe.. Maaf Bu Kost-an, saya pikir yang ngetuk pintu tadi si Vera.. Soalnya dari tadi dia udah 3 kali bolak-balik kamar saya dan hanya untuk satu tujuan yang sama Bu..” Ujar Chia cengengesan. Tapi sepertinya pembelaan Chia itu nggak ada artinya dimata si Bu Kost-an. Beliau membulatkan matanya dan menyahut dengan ketus, “Setelah ini temui saya didapur umum!” Perintahnya seraya berlalu meninggalkan gue dan juga Chia.
Ck! Chia mendecakkan lidahnya dengan kesal, dan gue hanya menatapnya miris. Ada perasaan nggak enak juga sih, tapi itu kan bukan salah gue!
“Pasti gue dijadiin pembantu dadakan nih! Gara-gara-----”
“Eits, lo nggak bisa nyalahin gue seenak dengkul! Yang keceplosan pan lo sendiri!” Sela gue membela diri sendiri.
Chia memutar kedua bola matanya, kemudian ia menggaruk-garuk ujung dahinya yang gue yakin banget tuh dahi pasti nggak lagi kutuan atawa panuan! Cuma emang si Chia nya aja yang kurang kerjaan.
“Siapa yang nyuruh lo main ke kost-an gue?!” Tanya Chia agak ketus. Tubuhnya masih disenderkannya didaun pintu. Gue melongo, bukannya tadi sore dia udah ngasih izin yak? Gue yang budek apa Chia yang pikun?
“Lha? Gimana sih lo?! Bukannya tadi sore lo bilang gue boleh main ke kost-an lo yah?”
Chia tertegun, berpikir sejenak kemudian menepuk jidatnya tanpa perasaan.
“Wo ya ampun! Gue pikir kapan-kapan nya tuh bulan depan atau tau depan gitu. Nggak taunya malem ini lo udah main cabut aja kerumah gue..”
Gue cuma nyengir senyengir-nyengirnya. Padahal dalam hati gue membatin, “Nggak ikhlas banget sih lo ngundangnya?”
Chia kembali menatap gue penuh tanda tanya, “Mau ngapain sih lo malam-malam namu dikost-an gue?”
“Ngamen!” Jawab gue dengan nada kesal.
“Serius!”
“Ya mau ngobrol lah..”
“Yaudah deh kita keruang tamu aja yah?”
Gue mengangguk pasrah. Mengekor dibelakang Chia yang lebih dulu menuju ke ruang tamu kost-annya yang terletak dilantai bawah.
Setibanya disana nampak segerombolan temen-temennya Chia yang tengah berkumpul alias ngerumpi.
Dengan sopan Chia pun meminta temen-temennya untuk beranjak dari ruang tamu.
“Ah lo mau pacaran yah lo?” Celetuk temen-temennya menggoda Chia.
“Ish sotoy!” Sewot Chia dengan mata melotot.
“Kalau lo nggak mau pacaran kenapa lo ngusir kita? Bilang aja lo mau mojok ya kan?!” Cibir salah satu temennya Chia yang berambut ikal. Ikal banget! Sampai-sampai gue nggak bisa ngebedain, itu rambut apa gulali (?)
Chia menatap gue, ia nampak kehabisan akal. Kemudian matanya melirik kearah.....? Weyyyyy, kenapa malah cokelat gue yang dijadiin pelampiasan?! Dengan “agak” kasar Chia mengambil kotak ditangan gue yang berisi beberapa potong cokelat berbentuk hati.
“Chia itu----”
“Buat gue kan?” Sela Chia memotong ucapan tidak rela yang niatnya ingin gue lontarkan itu. Dengan PeDe-nya Chia bilang kalau cokelat itu buat dia? Idih, padahalkan itu sogokan buat Pak hansip kost-an. Yah jaga-jaga kalau seandainya gue pulang lewat dari jam berkunjung yang telah ditentukan. *dikata penjara kali...* Okey. Kalimat ini adalah kalimat terperez yang pernah gue bilang! Emang sih cokelatnya itu buat Chia, tapi kenapa malah dikasih ke segerombolan manusia-manusia langka itu sih?!
Setelah menerima cokelat itu, mereka pun segera meninggalkan ruang tamu. Tapi sebelum bener-bener pergi, sehelai gadis berambut ikal tadi dengan genitnya menjambak rambut gue! Kata doi sih rambut gue keren bin indah. But, nggak usah sebegitunya juga kaliiiiiiiii.....
“Chia itu kan cokelat buat lo! Kenapa lo kasih ke mereka sih?!” Sungut gue, masih nggak terima.
“Gue lagi nggak butuh cokelat!”
“Lo diet yah? Buat apa? Begini aja udah bagus! Body lo 11-12 dengan gitarnya Bang Haji Rhoma tau nggak?!”
PLETAK..!
Gue mengelus kepala gue yang dijitak oleh Chia. What's wrong? Apa salah gue? Niat gue kan ngina bukan muji (?) Ups! Kebalik. Maksut gue kan muji bukan ngina.
“Apa maksut lo? Gue lagi sakit gigi makanya pantang makan yang manis-manis. Kan gue udah manis”
Gue cengok sedikit, nih anak nge-narsisnya niat amat yak?! “Sekarang to the point aja deh! Apa yang pengen lo omongin dengan gue?” Sambungnya jutek.
'Glekkkk...' Gue menelan ludah. Bisa jadi pacar tiri nih gue, kalau tiap hari kerjaannya Chia marah-marah mulu!
Setelah mempersilahkan diri sendiri untuk duduk dihadapannya Chia, gue pun memulai aksi interview yang sudah gue persiapkan mentah-mentah sejak dari rumah tadi.
“Lo mau wawancara gue yah? Gue bukan artis woy!” Seloroh Chia ketika melihat gue yang mengeluarkan secarik kertas -semacam note- dari saku jaket.
Gue melengos, “Keep silent! Diem dulu okey? Biarkan gue membombardir lo dengan beberapa pertanyaan. Mau cepet nggak nih?!” Ancam gue.
“Yayayah..”
Chia mengangguk dan menuruti aturan main gue. Yah, niat gue main kekost-annya Chia malam-malam gini tuh cuma untuk mempertanyakan beberapa hal dalam misi PeDeKaTe..
“Pertanyaan pertama! Lo Chia anak fakultas Sastra kan?”
“Yups!”
“Umur lo berapa?”
“19 jalan 20..”
“Widiiiiih.. Hebat juga yah umur lo bisa jalan!”
PLETAK..!
Jitakan yang kedua dilayangkan oleh Chia tepat dibagian terindah ditubuh gue, yaitu kepala.
“Serius deh! Mau cepet nggak? Jangan salahkan gue yah kalau pagarnya sampai digembok ama Pak Karman..”
“Okey okey.. Lo pacaran udah berapa kali? Trus alasan lo putus itu rata-rata karena apa?”
“Kurang lebih 5 kali. Alasannya putus simple, karena bosan atau kurang cocok gitu deh!“
”Kalau nggak cocok kenapa nggak dicocok-cocokkin? Cari ukuran yang pas gitu!”
“Bisma, lo kira baju apa?!” Sahut Chia dengan nada gemes.
“Hehe.. Gue pikir sendal (!) Sekarang lo jomblo atau sudah punya pacar?”
“Apa enaknya aja deh!”
“Jomblo aja yah?”
“Boleh juga!”
Pasti kalian pada mikir. Sebenernya gue yang bego? Atau Chia yang kelewat dungu? Bodo ametlah. Kata Chia kan “apa aja terserah!”! So, yah gue pengennya jomblo lah! Dengan begini kan gue ada kesempatan buat merebut hati Chia Nyo'.
“Kriteria cowok idaman lo tuh yang kayak gimana sih?”
“Baik, setia, apa adanya aja lah!”
“Ehya apa alasan terakhir kalinya lo putus dengan pacar lo?”
“Lo mau buka biro jodoh yah Ma? Abis dari tadi pertanyaan lo aneh banget!”
Dari raut wajahnya, Chia sepertinya enggan untuk menjawab pertanyaan gue yang satu itu. Well, daripada dia marah atau malah ngamuk, mending gue ganti deh tuh pertanyaannya.
“Okey okey.. Pertanyaan yang terakhir nih, apa bener lo pernah tetanggan dengan Morgan dan Rafael?”
JLEBB..!
Setelah gue melontarkan pertanyaan itu raut wajah Chia pun berubah seketika.
Yang tadinya sudah dongkol, berubah jadi jengkol (!) Ups! Salah. Maksut gue berubah menjadi lebih dongkol lagi.
“Yah. Jadi lo temennya Morgan ama Rafael?”
“Bukan temen lagi, melainkan Bos. Gue leader nya mereka berdua!” Jawab gue angkuh.
Chia mengangguk sambil ber-oh pelan, kemudian tanpa diduga tanpa diundang acara interview kali ini harus terganggu akibat bunyi ringtone handphone yang bersumber dari kantong -bagian depan- celana jeans gue. Setelah merogoh dan mendapatkan benda yang gue cari, gue pun izin untuk mengangkat teleponnya sebentar.
“Hallo? Kenapa Ngga? Ah ya ya ya ini juga gue udah mau pulang kok! Iya iya bawel deh lo!” Itulah sepenggal dialog via telepon antara gue dengan Rangga. Tuh anak pengen cepet-cepet pulang, alasannya sih sudah dicalling Nyokap (disuruh pulang.red) tapi paling-paling juga doi nggak betah karena kenyamukan diluar sana. Biasa lah! Doi takut kalau kulitnya yang putih mulus harus bentol-bentol karena digigit nyamuk malam Nyo'. Akhirnya setelah mengantongi kembali tuh benda, gue pun berjalan mendekati Chia.
“Udah jam 9 nih! Gue pulang dulu yah? Thanks loh buat waktunya” Pamit gue basa-basi.
Chia tersenyum lega mendengar kepamitan gue, akhirnya si centong nasi get out juga dari nih tempat! Pikirnya -mungkin- dalam hati. Secara dari awal tadi kan doi kayak nggak terima gitu Ces dengan kehadiran gue!
Setelah mengantarkan gue sampai pintu keluar, Chia pun melambaikan tangannya seraya masuk kedalam kost-an.
---Kutukan Jomblo 5 Tahun---
Huaaaaaah... Setelah sekian lama gak pernah ngerasain yang namanya stuck ide, akhirnya kali ini aku ngalamin lagi!
Maaf buat pengunjung blog aku, mungkin ini part terakhir yang aku post.
Aku nggak yakin bakal ngelanjutin nih mini cerbung lagi! Karena terus terang aku sudah mulai ilfeel dengan idolaku sendiri.. Idolaku yah tokoh utama di mini cerbung ini.. Ternyata dia udah punya cewek -,- dan itu ngebuat aku kehilangan semangat! Aku nggak mau munafik, jauh dilubuk hatiku yang paling curam aku lebih senang kalau dia nggak punya cewek! Aku ngerasa lebih bebas berinspirasi *fansegois*
Biasanya sih aku cuma stuck ide biasa, tapi kali ini bener-bener ngeblank >,< udah gak dapat bayangan apa-apa lagi.
Maafkan ke-tidak-profesionalan-ku yah teman :) bagaimanapun aku hanyalah penulis cerita yang amatiran :P
Sebagai gantinya aku akan sering-sering ngepost cerpen deh..
Sekali lagi maaf :) sampai jumpa diceritaku yang selanjutnya :D
_Salam Sayang Pekarmination_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar