MiNia Story
Bagian 3
»» Telah ku putuskan untuk menceritakan semua ini pada kembaranku. Kembaranku pasti bisa mengerti aku, karna kami satu ««
Aku mencelupkan kedua kaki ku ke dalam kolam renang yang terletak di halaman belakang rumahku, setelah sebelumnya aku menaikkan celana panjangku hingga batas lutut. Aku merenung, memikirkan perasaanku untuk dia dan tentang reaksi mereka jika mengetahui aku mencintai dia. Jujur, sampai detik ini aku belum mengetahui alasan mereka -lebih tepatnya Shilla dan Sivia- tidak menyukai gadis sebaik dia.
Aku mendesah, kedua bola mataku memandangi ribuan bintang yang terhampar dilangit luas. Melihat lengkungan bulan malam ini, aku jadi teringat senyumannya, senyuman yang ku rasa selalu menghiasi bibirnya
"Ngelamun aja lo Yo"
Aku menatap Gabriel yang baru saja menegurku. Gabriel langsung menghempaskan tubuhnya disebelah kiriku, kedua kakinya ikut tenggelam seperti kedua kakiku
"Belum tidur Yel..??"tanyaku. Biasanya Gabriel akan tidur paling lambat jam 11 malam dan ketika aku melirik arloji di tangan kananku, jam telah menunjukkan pukul 11 lewat 35 menit
"Ngga tau nih, gue gak bisa tidur. Kaya ada pikiran gitu"
Jawaban Gabriel membuatku tertawa geli. Apa karna aku dan Gabriel kembar, sehingga dia merasakan apa yang aku rasakan..??
"Apaan..??"
Ku lihat Gabreil mengangkat bahu "ngga tau. Eumm mungkin, yang ada pikiran elo kali Yo"
Aku mendesah, menimbang-nimbang apakah sebaiknya aku menceritakan semuanya pada Gabriel..?? Atau tetap menyimpannya ntah sampai kapan..
"Kenapa lo..??"
Aku menggeleng kecil "gue mau ngobrol dikit sama lo, boleh gak Yel..??"
"Apaan sih, kaya sama siapa aja. Cepetan cerita"
Sepertinya Gabriel benar-benar penasaran dengan apa yang ingin aku bicarakan saat ini. Sudahlah, cepat atau lambat Gabriel memang harus tahu, bahwa aku, Mario Stevano saudara kembar Gabriel Stevent jatuh cinta kepada seorang Alyssa Saufika
"Kalau gue jatuh cinta, lo percaya gak..??"
Gabriel terlihat heran, mungkin karna mendengar pertanyaan anehku "eum...ya percayalah, elo...cowo tulen kan..??"
Aku menjitak kecil kepalanya "ya ialah"
"Terus lo jatuh cinta sama siapa..??"aku menatap Gabriel dengan perasaan campur aduk "eumm...Ify yah Yo..??"
Tepat. Tebakan yang tidak meleset, dengan lemah aku menggerakkan kepalaku kebawah, mengangguk
"Lo serius..??"dan lagi-lagi aku mengangguk "tapi anak-anak kan..??"
"Gak suka sama Ify..??"tanyaku memotong ucapan Gabriel, Gabriel menjawabnya dengan sebuah anggukan
"Sebenernya yang ngebuat kalian gak suka sama Ify apasih..?? Ify kan cewe baik, dia gak pernah ngejahatin lo semua"tanyaku menggebu-gebu "dan kalau pun dia dijahatin Shilla sama Sivia, dia gak pernah ngelawan atau malah ngaduin ke guru-guru"
"Gue sih gak benci sama dia. Malah jujur, dari awal gue udah simpatik ama dia"
Mataku terbelalak, apa itu artinya Gabriel juga jatuh cinta kepada Ify..??
"Maksud lo..??"
"Ngga usah takut, gue cuman simpatik gak sampe naksir kok"
Gabriel malah terkekeh pelan, dan dengan senyuman aku menghembuskan nafas lega
"Syukur deh, eh jadi kenapa anak-anak gak suka sama Ify..??"
"Yang gak suka mah cuman Shilla sama Sivia aja kali, gue sama Alvin sih netral"
"Ya alasan Shilla sama Sivia apa..??"
"Dulu Ify SMPnya di Jakarta, trus dia satu sekolah sama Shilla ama Sivia. Ya mereka suka saingan gitu deh buat jadi murid teladan dan pemenangnya selalu Ify"aku mendengarkan cerita Gabriel dengan serius "trus dari situlah awal permusuhan mereka, lebih tepatnya permusuhan yang sengaja diciptaiin Shilla sama Sivia"sambung Gabriel
"So, kalau gue jatuh cinta sama Ify gak papa dong..??"tanyaku dengan wajah berseri-seri. Sengganya kalau Gabriel merestui, aku bisa lebih mudah untuk mendapatkan restu dari Shilla juga
"Itu hak lo Yo"Gabriel menepuk-nepuk pundakku "gue salut sama Ify, dia satu-satunya cewe yang bisa ngeluluhin hati lo setelah lo disakitin Acha"
"Gak usah bawa-bawa Acha deh"sahutku kesal. Sampai detik ini aku masih belum terima dengan sikap Acha yang berselingkuh dibelakangku
"Sorry brother"aku tersenyum "eh tapi lo jangan langsung ngomong ke Shilla sama Sivia deh kalau lo gak mau terjadi perang"aku mengangguk mendengarkan pesan Gabriel
"Thanks yah Yel"
"Buat..??"
"Buat semuanya, restu lo, semangat lo. Pokoknya semua yang udah lo lakuin buat gue. You're the best brother for me"
Aku dan Gabriel berpelukan hangat. Ahhhh..rasanya sudah lama sekali kami tidak melakukan ini
"Karna kita satu hati, satu jiwa, satu rasa"ucapku dan Gabriel bersamaan
»» Aku hampir melupakan rencana kita malam itu. Dan aku baru tersadar setelah membuat dia menunggu lebih dari dua jam. Tapi sepertinya itu juga cara Tuhan untuk semakin mendekatkan hubunganku dengannya ««
Aku bingung. Tangan ku bergerak naik turun menuju ke arah bel rumah miliknya. Antara ingin memencet atau tidak. Aku baru ingat kalau malam ini aku dan dia berencana untuk mengerjakan tugas matematika yang diberikan oleh Ibu Irma beberapa hari yang lalu. Rencana awal memang hari minggu, namun akhirnya kami sepakat untuk mengerjakannya di malam minggu saja. Mestinya aku sudah ada dirumah ini sejak 2 jam yang lalu, tepatnya pukul 7 tadi. Tapi karna keasyikan nongkrong dengan teman-temanku, aku jadi hampir melupakannya.
Cukup, bukankah ini sama saja membuatnya menunggu terlalu lama..??
Setelah berkali-kali menghirup nafas, aku segera menekan bel rumahnya
Cklekk...pintu terbuka. Dan aku menemukan sosok seorang gadis manis dengan rambut tergerai bebas. Hanya ada satu penjepit rambut yang terselip dikepala atas, bagian sebelah kiri. Itu dia..?? Sungguh berbeda. Kalau biasanya dia mengikat satu rambutnya, kali ini tidak. Kalau biasanya dia menggunakan kacamata minusnya, kali ini tidak
"Hei...kok ngelamun..??"
Aku tersadar, dan melihat dia sedang tersenyum padaku. Sepertinya dia tidak marah, meskipun aku sudah membuatnya lama menunggu.
Aku tersenyum kikuk, tangan kananku bergerak naik menggaruk-garuk bagian belakang kepalaku. Hal yang sudah menjadi kebiasaanku saat sedang bingung, malu atau canggung
"Eh...eumm sorry"
"Buat..??"
"Gue.."
"Bicara didalem aja yah, kita udah telat dua jam dari waktu yang dijanjikan"ajaknya sambil tersenyum. Dia melangkah masuk terlebih dahulu, dan aku mengikutinya dari belakang.
Setelah mempersilahkan ku duduk disebuah ruangan belajar miliknya, dia pamit untuk mengambilkan minuman untukku
"Nih, di minum dulu"ujarnya sambil menyuguhkan segelas minuman kepadaku. Aku mengangguk dan langsung meneguk habis minuman itu, maklum...karna sadar terlambat aku langsung memacu kendaraanku dengan kecepatan yang tidak biasa. Saking terburu-burunya, aku bahkan melupakan minuman yang baru berkurang 5 centi dari gelasku saat itu
"Eumm..Fy, sorry yah, gue telat"dia tersenyum dan menyerahkan lembaran soal kepadaku "tadi gue, lagi nongkrong sama anak-anak terus keasyikan dan lupa"sambungku setengah meringis
Dia membuka sebuah kotak persegi panjang dan mengeluarkan kacamata minus miliknya. Hummm..mungkin jika di rumah, dia hanya akan menggunakannya saat sedang belajar
"Ngga papa kok, untung masih jam sembilan"dia melirik ke arah jam dinding didepannya "kita kerjain sekarang aja yah, ntar kamu pulangnya kemaleman"
Aku mengangguk. Dalam hati aku berdecak takjub, ternyata dizaman seperti ini masih ada gadis seperti dia. Sabar dan tidak gampang emosi. Bahkan disaat aku berbuat salah seperti ini pun dia masih menyuguhkan senyum termanisnya untukku. Kami mengerjakan 50 soal itu dengan serius. Sesekali aku bertanya padanya untuk soal yang tidak begitu ku mengerti. Dan dengan sabar dia mengajarkanku, meskipun aku selalu salah tapi dia tetap mau mengajariku sampai jawabanku benar.
45 menit kemudian, kami telah menyelesaikan ke 50 soal tersebut. Kami sama-sama merentangkan tangan kami yang mulai kram, sedangkan kedua kaki kami terjulur ke depan
"Thanks ya Fy, berkat lo..gue jadi ngerti"ucapku tulus, dia tersenyum sambil mengangguk "thanks juga karna lo udah mau sabar tadi pas ngajarin gue"sambungku
"Iya Yo, sama-sama. Kamu punya stok kata makasih banyak yah..?? Daritadi say thanks mulu"
Baru saja aku ingin menyahuti ucapannya, aku mendengar suara pintu yang terbuka. Aku dan dia kompak menoleh. Alisku bertaut melihat sesosok pria asing yang tengah tersenyum lebar saat ini kepada Ify
"Lho, Cakka"
Aku mengalihkan tatapanku kepadanya saat mendengar dia mengucapkan sebuah nama, Cakka. Siapa Cakka..?? Kakaknya..?? Setahuku Ify anak tunggal atau pacarnya..??
"Hei Fy"pria itu berjalan ke arah dia dan memeluknya. Aku tercengang menatap adegan didepanku saat ini, sepertinya dia memang pacarnya
"Kka, kenalin..ini Rio, dia temen aku di sekolah"
Aku menerima uluran tangan Cakka dan berkenalan dengannya. Entah mengapa, bibirku terasa sulit menciptakan senyuman saat itu. Sehingga hanya sebuah senyum 'terpaksa' yang aku sertakan saat berkenalan dengan Cakka
"Gue bawain nasi goreng nih buat lo"pria itu menyodorkan bungkusan hitam kepada dia "masih suka nasi gorengkan..??"aku melihat dia mengangguk dengan semangat dan langsung menerima bungkusan pemberian Cakka
"Makasih ya Kka"
Sepertinya mereka lupa, kalau disini ada aku
"Eumm Fy, sorry nih bukannya gak kangen sama lo.."aku kembali tersentak mendengar kata-kata Cakka "..tapi gue ada janji sama nyokap, jadi mesti balik sekarang"aku melihat raut kecewa di wajah dia
"Ahhh...kamu gitu deh"
"Sorry, cantik. Besok gue janji, gue bakalan jadi milik lo sehari penuh. Dari lo bangun tidur sampai lo tidur lagi, gue bakalan ada disamping lo, gimana..??"
Dia mengangguk antusias. Lagi-lagi hatiku mencelos. Besok mereka akan menghabiskan waktu berdua, seharian. Ya Tuhan...sepertinya aku benar-benar jatuh cinta kepadanya, dan sekarang aku cemburu
"Janji yah"
"Sipp"Cakka mengacak-acak kecil rambut dia. Kemudian berpamitan untuk pulang.
"gue duluan yah Yo"aku tersenyum tipis dan mengangguk malas. Aku tetap diam ditempatku, sedangkan dia mengantarkan kepulangan Cakka ke pintu depan
"Hei...sorry yah, tadi aku tinggal sebentar"
Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Dia kembali duduk didepanku sambil meletakkan bungkusan hitam pemberian Cakka dan sebuah piring lengkap dengan sendok dan garpunya
"Upss..lupa, nasi gorengnya cuman satu...heehee"dia menyeringai lebar, aku jadi ikut tersenyum "kamu mau..??"
"Ngga, ngga usah..elo makan aja, gue gak papa kok"tolakku halus, meskipun dalam hati aku sangat ingin mengatakan iya
"Aduhh aku jadi gak enak nih. Masa' aku makan sendiri, kita makan berdua aja yah..??"
Penawaran yang menarik, sepiring berdua. Romantis kan..?? Tapi aku masih merasa gengsi untuk berkata 'iya' maka dari itu aku kembali menggeleng
"Ayolah Yo, sekali aja deh, sekali"dia memaksa, kali ini sambil menyodorkan sesendok nasi goreng ke mulutku. Wahh..sepertinya dia ingin menyuapiku. Dengan ragu aku membuka mulut. Dan happp...satu sendok nasi goreng masuk ke dalam mulutku
"Enak gak..??"
Aku mengangguk "iya enak.."jawabku sambil mengangguk 'apalagi disuapin sama lo'tambahku dalam hati.
Entah mendapat pikiran darimana, aku mengambil alih sendok yang berada di tangan dia
"Sekarang elo yang makan.."aku pun menyodorkan sesendok nasi goreng ke hadapan mulutnya. Dia tersenyum sesaat, lalu membuka mulutnya
"Elo anak tunggalkan Fy..??"
"Iya.."
"By the way, nyokap bokap lo kemana..??"
Dia mengunyah nasi goreng dimulutnya terlebih dahulu dan disambung dengan meminum air dihadapannya
"Ya di Bandung lah. Semenjak aku sekeluarga pindah, rumah ini cuman dijaga sama pembantu dan satpam aku aja. Mamah sama papah baru nginep disini kalau lagi ada urusan disini, atau kalau lagi liburan aja"
Aku mengangguk mendengarkan ceritanya. Dan sampai sebungkus nasi goreng itu habis, kami saling menyuapi satu sama lain. Sambil berbagi cerita dan malam semakin larut. Aku pun memutuskan untuk segera pulang karna jam menunjukkan pukul 10 lewat 15 menit
"Gue pamit yah, malam"
»» Sudah ku putuskan, aku akan membicarakan tentang perasaanku kepada mereka. Dan berharap kebencian dua sahabatku kepada dia bisa menghilang...semoga ««
"Tumben banget Yo, lo ngumpulin kita-kita disini..??"
Aku memandang Sivia yang baru saja melontarkan pertanyaan yang disertai dengan anggukan Alvin dan Shilla. Gabriel..?? Gabriel sudah tau apa rencanaku mengumpulkan mereka
"Gue jatuh cinta..."ucapku menggantung, lalu menatap Sivia, Shilla dan Alvin secara bergantian "sama Ify"sambungku lirih
Aku sudah menduga kalau mereka akan sangat terkejut dengan pengakuanku. Tapi, sudahlah..ku pikir lebih cepat mereka tau itu akan lebih baik.
Dan seperti kata Gabriel beberapa hari yang lalu, Alvin memang tidak terlalu mempermasalahkan soal perasaanku. Hanya Shilla dan Sivia saja yang dengan jelas menentang perasaanku. Hingga perdebatan pun terjadi diantara kami, aku, Shilla dan Sivia. Sedangkan Gabriel dan Alvin memilih diam.
Aku sudah mengenal Shilla dan Sivia cukup lama, jadi aku tau, sekeras-kerasnya mereka pasti akan lunak juga. Dan pemikiranku tidak meleset, setelah perdebatan yang cukup panjang itu, Shilla dan Sivia akhirnya merestui perasaanku. Terima kasih Tuhan...
"Thanks yah Vi, Shill. Lo berdua udah mau ngertiin gue"ucapku sungguh. Sivia dan Shilla sama-sama tersenyum
"Sama-sama Yo. Sorry kalau awalnya gue sama Sivia gak nyetujuin soal perasaan lo"
"Iya, mestinya kita sadar..jatuh cinta itu hak lo, dan sama siapa pun lo jatuh cinta selagi orang itu baik..mestinya kita ngedukung"
Ucapan Sivia itu benar-benar melegakan hatiku. Dan berdasarkan pernyataan nya tadi, aku dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan diantara Shilla, Sivia dan Ify hanyalah masalah kecil yang dilandasi rasa iri. Buktinya, Sivia seperti mengakui kalau Ify adalah gadis yang baik
"Berarti lo ngakuin dong kalau Ify cewe yang baik..??"tanyaku memancing. Shilla dan Sivia saling pandang
"Lo bener, mungkin cuman karna kita iri aja sama dia makanya kita suka..ya marah-marah gitulah kalau ketemu dia"
Penjelasan singkat dari Sivia masih terasa kurang untukku. Makanya aku memutuskan untuk bertanya lagi
"Gak ada masalah lain..?? Yang lebih pribadi mungkin..??"
Lagi-lagi Shilla dan Sivia melempar pandang. Membuat aku, Gabriel dan Alvin ikut melempar pandang, heran. Shilla menghela nafas kemudian mulai berbicara
"Dulu gue sempet berpikir Ify ngerebut Cakka dari gue, karna disaat gue lagi deket-deketnya sama Cakka, Ify malah hadir ditengah-tengah kita.."Shilla menatapku sebentar "dan makin lama mereka makin deket, gue ngerasa jauh dari Cakka"sambungnya. Disebelah Shilla, Gabriel melingkarkan tangannya dipundak Shilla
Tiba-tiba aku teringat, hari ini Ify akan menghabiskan harinya dengan Cakka. Seperti kata Cakka, Ify boleh memilikinya seharian ini. Aku menghela nafas, apa Ify benar-benar memiliki hubungan khusus dengan Cakka..??
"Yo..Yo, kok lo diem"
Aku menoleh ke arah Alvin yang sempat memanggilku
"Ngga, eumm..emang Ify sama Cakka beneran pacaran..??"
"Awalnya gue ngira gitu, tapi ternyata gue salah. Denger-denger Cakka udah punya pacar, namanya Agni. Cewe itu punya hobby yang sama kaya Cakka, main basket sama main gitar"
"Tapi kok semalen gue liat kayanya Ify sama Cakka deket banget yah..??"
Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku. Membuat ke 4 pasang mata mereka menatap bertanya ke arahku
"Eumm..semalem kan gue ngerjain tugas bareng Ify ya terus si Cakka dateng, ya mereka akrab banget gitu"jelasku sebelum mereka bertanya
"Lo tau darimana kalau itu Cakka..??"
"Kan Ify ngenalin ke gue Yel"
"Wihhh...gak panas lo Yo..??"
"Ya panas lah Vin, apalagi mereka akrab banget, mana pake acara janjian segala lagi hari ini"ucapku kesal. Ahh..cemburu itu hadir lagi
"Tenang Yo, Cakka sama Ify itu cuman sahabat. Mereka sahabatan dari kecil, bertiga sama si Agni juga. Masa' iya Ify ngerebut pacar sahabatnya sendiri"
Sivia benar. Kalau memang Agni juga sahabat Ify, Ify tidak mungkin merebut Cakka dari Agni. Aku bisa sedikit bernafas lega
"Tapi, emang Agni gak marah gitu kalau Ify jalan berdua ama pacarnya..??"
"Cakka sama Agni itu lebih tua 2 tahun dari Ify dan mereka udah nganggep Ify kaya ade mereka sendiri"
Aku manggut-manggut mendengarkan penjelasan lanjutan dari Shilla. Sebentar, kok sepertinya Shilla dan Sivia tau banyak tentang Ify..?? Bukannya dulu mereka tidak menyukai Ify..??
"Kok lo berdua tau banyak tentang Ify..??"
"Karna Cakka itu temennya kak Riko, dan dari kak Riko gue tau semuanya. Apalagi dulu kak Riko sempet suka sama Ify"
"Ohhhh..gitu Shill"aku mengangguk-angguk "sekali lagi makasih banyak ya guys, lo semua udah mau ngertiin gue"ucapku benar-benar tulus. Mereka tersenyum
_With Love Nia Stevania_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar